Hasil Uji Vaksin Corona dari Oxford, Inggris
Untuk studi Oxford, virus flu diambil dari simpanse dan diberikan kepada 543 dari 1.077 orang dewasa sehat.
Sementara 534 sisanya merupakan kelompok kontrol dan diberi vaksin meningitis.
Hasil sejauh ini sudah menemukan kalau vaksin COVID-19 yang dikembangkan menginduksi antibodi yang kuat dan respon imun sel T sampai hari ke-56 dari percobaan yang sedang berlangsung.
"Sistem kekebalan tubuh memiliki dua cara untuk menemukan dan menyerang patogen - antibodi dan respons sel," kata ketua tim Profesor Andrew Pollard dari Universitas Oxford, dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
"Vaksin ini dimaksudkan untuk menginduksi keduanya, sehingga dapat menyerang virus ketika beredar di dalam tubuh, serta menyerang sel-sel yang terinfeksi. Kami berharap ini berarti sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus, sehingga vaksin kami akan melindungi manusia untuk suatu jangka waktu yang panjang," umbuhnya.
"Namun, kami perlu penelitian lebih lanjut sebelum kami memastikan vaksin tersebut efektif melindungi tubuh terhadap infeksi SARS-CoV-2, dan untuk berapa lama perlindungan berlangsung."
Vaksin yang dikembangkan Oxford terbukti bisa memicu respons sel T dalam waktu 14 hari, yang berarti sistem kekebalan bisa menemukan dan membuang sel yang terinfeksi virus.
Dalam 28 hari, ada juga respon antibodi, yang berarti sistem kekebalan mengirim antibodi untuk menyerang virus kalau ditemukan ada dalam darah atau dalam sistem limfatik.
Efek samping ringan seperti kelelahan dan sakit kepala dilaporkan oleh sekitar 70 persen peserta, tetapi kurang intens pada peserta yang diizinkan minum parasetamol.
Mengonsumsi parasetamol sebelum dan sesudah vaksinasi enggak berdampak negatif pada hasilnya.
Baca Juga: Apa Itu Vaksin? Berikut Ini Penjelasan dan Perbedaannya dengan Obat
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar