Organisasi itu pun mendorong warga untuk menggunakan masker yang bisa digunakan kembali dan mengganti sarung tangan dengan sesering mungkin mencuci tangan.
Sebelum adanya pandemi, para aktivis lingkungan memang sudah memperingatkan ancaman terhadap lautan dan kehidupan di dalamnya dengan melonjaknya polusi plastik.
Menurut perkiraan PBB 2018, sebanyak 13 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahun.
Sementara Laut Mediterania harus menerima 570.000 ton aliran plastik setiap tahunnya atau sama dengan membuang 33.800 botol plastik setiap menit ke laut.
Angka-angka itu berisiko tumbuh secara substansial karena negara-negara di seluruh dunia menghadapi pandemi virus corona.
Seorang politisi Perancis mengatakan, masker sering mengandung plastik seperti polypropylene.
"Dengan masa hidup 450 tahun, masker ini adalah bom waktu ekologis karena konsekuensi lingkungannya yang abadi bagi planet kita," tulisnya dalam surat kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Awal tahun ini, organisasi yang bermarkas di Hong Kong OceansAsia mulai menyuarakan keprihatinan yang sama setelah penemuan lusinan masker sekali pakai di pulau enggak berpenghuni, Soko.
"Di pantai yang panjangnya sekitar 100 meter, kami menemukan 70 masker dan itu sebuah pulau tak berpenghuni di antah berantah," kata Gary Stokes dari OceansAsia.
Ia pun khawatir kalau lumba-lumba di kawasan itu salah mengira masker itu sebagai makanan.
Baca Juga: Keren! Jepang Ciptakan Masker Super Canggih, Terkoneksi ke Ponsel dan Internet, Apa Fungsinya?
Source | : | Kompas.com,hai.grid.id |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar