GridKids.id - Adanya pandemi virus corona membuat banyak pihak mengalami kesulitan, Kids.
Enggak hanya itu, pemerintah dan jajarannya pun terus berupaya untuk menekan kasus virus corona di Indonesia.
Namun, nampaknya enggak semua daerah bisa menekan kasus Covid-19 ini, Kids.
Meski begitu, kita harus tetap optimis untuk mengalahkan virus corona, karena ada beberapa daerah yang berhasil lepas dari kasus corona, yakni Tegal, Aceh hingga Jambi.
Disisi lain, masih ada beberapa daerah dengan kasus tertinggi, yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan Hingga DKI Jakarta.
Karena kasus yang tinggi, maka diberlakukan PSBB untuk memutus rantai penyabaran Covid-19, Kids.
Di Surabaya PSBB telah dilakukan sejak 28 April hingga 11 Juni 2020.
Meski PSBB diberlakukan, kasus Covid-19 di Surabaya justru tetap naik bahkan bersaing dengan kasus di DKI Jakarta.
Dengan adanya PSBB masyarakat setempat menjadi sulit untuk melakukan aktivitas bahkan warga Kota Surabaya disebut kesulitan mencari nafkah selama PSBB.
Bu Risma Minta PSBB Diakhiri
Tak tega melihat masyarakat Surabaya kesusahan karena adanya PSBB, Bu Risma mengutarakan pendapatnya dalam rapat koordinasi kelanjutan PSBB di Gedung Negara Grahadi, yang dipimpin Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Senin (8/6/2020) sore.
Wali Kota Surabaya, Bu Tri Rismaharini mengatakan, sebaiknya PSBB tidak dilanjutkan lagi.
Bu Risma memilih melanjutkan transisi menuju new normal.
“Mohon Ibu, karena saya khawatir Ibu, di beberapa daerah warga kami sudah banyak yang mengeluh karena tidak bisa mencari makan. Misalnya tukang bengkel, ada yang dengan tiga anak, satu istri kesulitan ekonomi,” kata Bu Risma, seperti dilansir dari Surya.co.id, Senin.
Baca Juga: Bukan Zona Merah, Tapi Surabaya Masuk dalam Zona Hitam, Hingga Dokter Takut Akan Hal Ini, Ada Apa?
Dalam rapat tersebut, gubernur menjadi pemimpin rapat sekaligus mediator.
Selain itu, semua pemda baik Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik dipersilahkan untuk menyampaikan masukan dan usulannya.
Bu Risma meminta agar masa pembatasan dalam lapangan produksi (restriksi) PSBB di Kota Surabaya lebih baik diakhiri.
Pemkot Surabaya mengklaim siap untuk melakukan pengetatan penerapan protokol kesehatan.
“Dengan harapan seperti itu, kami bisa melakukan aktivitas ekonomi, tapi protokol kesehatan tetap kami jaga,” kata Bu Risma.
Membuat Protol Baru
Saat ini, Pemkot Surabaya sudah membuat draft perwali yang isinya protokol-protokol kesehatan hingga tempat-tempat terkecil.
Bu Risma menyebut, penerapan protokol kesehatan ini akan sangat efektif dalam menekan dan mengkontrol penyebaran virus.
"Misalnya kami sudah siapkan protokol kesehatan di pasar, protokol kesehatan di mal, protokol kesehatan di perindustrian, protokol kesehatan warung kopi, dan juga di minimarket,” kata Bu Risma.
Namun, pihaknya belum mencantumkan terkait sanksi dalam draft perwali tersebut.
Sebab, sanski tidak bisa diatur dalam perwali, kecuali diatur dalam perda. Kecuali perwali yang dibuat adalah mengacu ke pergub, sanksi bisa dilakukan.
“Kesimpulannya dari kami kami tidak bisa memberikan sanksi karena bentuknya Perwali. Tapi, kalau merujuk ke pergub, maka kami bisa memberi sanksi,” ucap dia.
Dengan penyiapan protokol kesehatan ini, Pemkot Surabaya berkomitmen untuk mengawasi bersama TNI Polri.
Bu Risma menyebut Pemkot Surabaya akan melakukan diskusi lebih lanjut dengan tenaga ahli.
Sekadar diketahui, Senin (8/6/2020) ini, merupakan hari terkahir pelaksanaan PSBB di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik).
Setelah PSBB tahap 3 ini, tiga kepala daerah mengajukan usulan ke Gubernur untuk enggak memperpanjangnya.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Alami Kenaikan, Surabaya Dianggap Bisa Seperti Wuhan Hingga Pemerintah Minta Hal Ini
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Regina Pasys |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar