"Hasil ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Kemampuan untuk memicu respons kekebalan ini tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin akan melindungi manusia dari Covid-19."
"Namun, hasil ini menunjukkan visi yang menjanjikan untuk pengembangan vaksin Covid-19, meski kami masih jauh dari vaksin yang bisa dipakai tersedia untuk semua orang," jelas Chen.
Dia menjelasan, dalam pengujuan ini, kelompok uji terdiri dari sukarelawan berusia 18-60 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok berisi 36 orang. Masing-masing kelompok diberi Ad5 dalam dosis kecil, sedang, dan besar.
Para peneliti menemukan, enggak ada sukarelawan yang menderita reaksi serius terhadap vaksin setelah empat minggu percobaan.
Efek samping yang paling umum yang muncul adalah nyeri ringan di daerah injeksi, demam, dan kelelahan.
Namun, gejala tersebut biasanya cuma berlangsung kurang dari dua hari.
Respons "Kilat"
Studi yang dipublikasikan di The Lancet, menemukan, hampir setiap responden punya lebih banyak antibodi setelah 28 hari.
Antibodi yang berupaya menempel pada virus corona telah meningkat empat kali lipat pada 97 persen kelompok uji.
Di antara sukarelawan yang diberi dosis besar Ad5, 75 persen ditemukan punya antibodi yang bisa menetralkan SARS-CoV-2 dalam tubuh mereka.
Juga terlihat respon sel T yang meningkat dengan cepat, dengan hampir 93 persen peningkatan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar