Meningkatkan Status Sosial
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si, memaparkan kalau seseorang membeli barang lebih mahal bukan karena nilai gunanya atau fungsinya, tapi nilai simboliknya.
Nilai simbolik berarti barang-barang itu bisa memberikan simbol atau kesan kepada pembelinya.
"Penataan hamper lebih ekslusif dan terkesan klasik dan unik, membuat pembelinya kalau mengirimkan barang itu kepada orang lain akan mendapatkan penilaian sebagai orang berselera tinggi, elit, dan eksklusif," jelasnya saat dihubungi Kompas.com (22/5/2020).
Menurunya, kemasan bisa meningkatkan nilai simbolik pada suatu barang.
Sehingga enggak mengherankan kalau kemudian banyak orang berani membeli barang berkualitas standart lebih rendah dengan harga tinggi agar mendapatkan kesan, atau penilaian sebagai simbol kelas elit atau kelas atas.
Pola konsumsi konsumen usia muda enggak lagi cuma berfokus pada fungsi barang, melainkan juga untuk meningkatkan status sosial.
Hal ini terjadi biasanya karena adanya kesenjangan sosial yang tinggi, sehingga barang-barang bermerek dan mahal enggak bisa dijangkau kelas menengah ke bawah.
Maka agar bisa memeroleh reputasi atau status sosial yang sama dengan kelas atas, yang dikejar atau dibeli adalah simbolnya atau bungkusnya, bukan isinya.
Baca Juga: Enggak Cuma Ada di Indonesia, Tradisi Mudik Ternyata Juga Ada di Berbagai Negara, Bahkan Lebih Heboh
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar