GridKids.id - Virus corona Covid-19 masih menyebar di seluruh dunia.
Pada Sabtu (28/3/2020), sudah ada 199 negara dan wilayah yang terinfeksi virus ini.
Di Indonesia sendiri, jumlah kasus mencapai 1.155.
Hal ini tentu saja membuat masyarakat menjadi khawatir.
Bahkan, banyak yang cemas terkena virus ini sampai enggak bisa berpikir jernih untuk mengambil tindakan sebagai langkah pencegahan.
Padahal, bukan cuma kesehatan fisik yang harus dijaga, tapi menjaga mental juga enggak kalah pentingnya.
Mengutip Metro, Sabtu (14/3/2020), kekhawatiran berlebihan mengenai virus corona bisa menyebabkan tubuh menciptakan gejala sakit tertentu.
Hal ini bisa membuat kita berpikir telah terinfeksi virus corona.
Agar enggak salah mendeteksi, penting untuk mengetahui gejala Covid-19.
CDC menyebutkan, gejala Covid-19 yang muncul 2-14 hari setelah paparan adalah demam, batuk, dan sesak napas.
Selain itu, penderita juga bisa mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan yang menetap di dada, dan bibir atau wajah kebiru-biruan.
Sementara itu, dokter dari The International Psychology Clinic, dr Martina Paglia, mengatakan, banyak orang merasa mengalami gejala mirip terinfeksi virus corona hanya karena dipicu kecemasan.
Kalau merasa cemas dan panik, bisa jadi gejala yang muncul itu merupakan psikosomatis dan bukan karena terserang virus.
Menurut Psychology Today, penyakit psikosomatis adalah suatu penyakit di mana pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa adanya penyakit.
Penyebab Psikosomatis
Psikolog Klinis di Personal Growth Kantiana Taslim menjelaskan, biasanya psikosomatis disebabkan oleh emotional stress atau perasaan tertekan, cemas, dan takut berlebihan.
Hal ini kemudian berubah dalam bentuk sakit yang dirasakan secara fisik.
Kantiana, yang biasa disapa Nana, mengatakan, pikiran, emosi, dan tubuh terhubung satu sama lain.
"Ketika kita sedang mengalami kondisi emosional yang tidak baik, dan pikiran kita dipenuhi kecemasan serta ketakutan yang berlebihan, secara tidak langsung pikiran dan otak akan mengirimkan 'sinyal' yang salah ke tubuh," kata Nana kepada Kompas.com, Jumat (27/3/2020).
Kemudian, tanpa disadari, tubuh bisa bereaksi terhadap hal tersebut dan memunculkan gejala fisik yang mengganggu tubuh.
Ia menyebutkan, gejala psikosomatis yang biasanya muncul adalah sakit kepala, jantung berdenyut cepat, otot-otot tegang dan sakit, serta mengalami sesak napas karena panik.
Oh iya, kecemasan dan stres ini bisa membuat imun pada tubuh menurun, lo.
Psikosomatis dan Virus Corona
Nana mengatakan, paparan informasi mengenai Covid-19 secara berlebihan akan memengaruhi psikologis seseorang hingga menimbulkan keresahan dan kecemasan.
Meski begitu, berbagai perasaan yang dialami termasuk kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan juga harus disalurkan dan diekspresikan melalui berbagai hal yang produktif.
Beberapa pertanyaan ini bisa ditanyakan pada diri sendiri untuk mengetahui apakah kamu mengalami psikosomatik atau enggak:
1. Apakah mengalami gejala fisik (batuk, demam, flu, dan lainnya) saat mendapatkan "banjir" informasi atau membaca, menonton mengenai corona?
2. Apakah merasa cemas, khawatir yang berlebihan dengan situasi yang terjadi saat ini, sehingga kekhawatiran tersebut terus-menerus mengisi pikiran?
3. Apakah merasakan simptom/gejala fisik yang mengkhawatirkan setelah bicara, memikirkan situasi saat ini?
4. Apakah hal ini datang dan pergi? Atau konsisten anda dirasakan selama beberapa hari?
Kalau kebanyakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah "Ya", ada kemungkinan kamu cuma mengalami psikosomatis.
Kalau merasa cemas setelah mendapat informasi mengenai corona, lalu merasakan gejala sakit fisik, perlu ditelaah apakah itu psikosomatis atau benar-benar gejala terinfeksi virus corona.
Nana menekankan, psikosomatis biasanya diiringi kecemasan berlebihan terkait hal tersebut (corona).
"Kalau memang sudah menjaga kesehatan, membatasi informasi negatif, sudah berperilaku produktif, dan happy-happy kemudian gejalanya (sakitnya) hilang, berarti bisa jadi itu psikosomatis," ujarnya.
Sebaliknya, kalau sakit itu enggak hilang dalam waktu cukup lama, maka sebaiknya jangan melakukan diagnosis atau asumsi sendiri.
Sebaiknya, segera berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti anjuran tenaga medis.
Baca Juga: 5 Gejala Ringan Infeksi Virus Corona, Salah Satunya Gejala Baru yang Enggak Boleh Diabaikan
Menghindari Psikosomatik
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menghindari psikosomatik?
Inilah sejumlah hal yang disarankan:
1. Buatlah rutinitas baru dan jaga pola hidup yang sehat, seperti makan bergizi, tidur cukup, dan olahraga di rumah.
2. Lakukan hobi dan aktivitas menyenangkan sebagai cara untuk relaksasi, meditasi, dan hal-hal lain yang positif dan menenangkan.
3. Pertahankan hubungan sosial dengan tetap menjaga jarak fisik dan sosial. Misalnya dengan mengobrol secara online, bertukar kabar dengan teman. Bahkan, bisa beraktivitas bersama melalui berbagai platform online.
4. Batasi informasi mengenai Covid-19 dan berita-berita lainnya dalam sehari. Misalnya, menjadwal 1-2 kali sehari untuk mengecek situasi terkini, seperti di pagi hari dan sore hari saja. Hindari membaca atau mencari informasi dari berbagai sumber. Carilah informasi dari sumber-sumber resmi dan terpercaya saja.
5. Kalau dianggap perlu, batasi penggunaan media sosial, chat group, yang menurutmu akan berdampak negatif serta banyak menyebarkan informasi yang mencemaskan dan tidak perlu. Bergabung dan aktiflah dalam grup, komunitas online yang positif, produktif, dan kreatif.
Lakukan konsultasi dengan tenaga profesional jika membutuhkan, misalnya melakukan online counseling.
(Penulis: Nur Fitriatus Shalihah)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar