GridKids.id - Kabar duka akibat wabah coronavirus kembali datang.
Dokter Li Wenliang dikonfirmasi oleh Rumah Sakit Pusat Wuhan telah meninggal dunia akibat terinfeksi coronavirus pada hari Jumat (7/2/2020) pukul 02.58 waktu setempat.
Dokter Li adalah orang yang pertama kali memperingatkan adanya virus corona di China.
Namun, ketika memperingatkan tentang adanya wabah virus corona di China, ia justru sempat mendapatkan peringatan dari polisi, Kids.
Baca Juga: Gara-Gara Bersihkan Telinga Pakai Cotton Bud, Pria Ini Nyaris Kehilangan Pendengarannya
Menanggapi berpulangnya Dokter Li, pengguna media sosial atau warganet di China ramai dengan komentar yang meminta pihak berwenang meminta maaf.
Mereka menuntut supaya pihak berwenang meminta maaf atas perlakuannya terhadap Dokter Li saat ia mengingatkan adanya bahaya virus corona.
Peringatan Dokter Li
Pada 30 Desember 2019, Dokter Li memperingatkan teman-teman seprofesinya tentang munculnya penyakit mirip SARS yang diderita beberapa pasien di Rumah Sakit Wuhan.
Saat itu, seluruh pasien tersebut dikarantina di rumah sakit bagian unit gawat darurat.
Doker Li sendiri mengingatkan teman-temannya melalui sebuah grup percakapan online.
Otoritas kesehatan setempat mengumumkan bahwa kota tersebut telah mengonfirmasi 27 kasus virus jenis baru.
Baca Juga: Bullying Berujung Amputasi, Pendapat Psikolog: Korban Bisa Alami Depresi Luar Biasa
Menurut informasi, sebagian besar penderita terhubung dengan pasar makanan laut di Wuhan.
Hal itu diumumkan tepat di hari yang sama dengan saat Dokter Li menyampaikan pesan peringatan kepada teman-temannya.
Dikutip dari BBC seperti dilansir Kompas.com, Dokter Li memperingatkan kepada teman-temannya supaya berhati-hati dalam menangani pasien yang memiliki gejala virus baru tersebut.
Supaya enggak tertular, ia mengingatkan agar teman-temannya mengenakan pakaian pelindung, Kids.
Dipakasa Tanda Tangan
Pejabat Wuhan bersikeras penularan virus tersebut hanya terjadi melalui kontak dengan binatang.
Pejabat setempat masih kukuh dengan pendapatnya tersebut pada pekan pertama bulan Januari.
Selain itu, enggak ada panduan tentang perlindungan terhadap tenaga medis yang menangani pasien-pasien tersebut.
Baca Juga: Pertolongan Pertama Ini Harus Dilakukan Jika Temanmu Mengalami Asma, Pingsan Bahkan Mimisan
Sementara itu, Dokter Li bersama tujuh orang lain yang membagikan informasi mengenai wabah coronavirus justru dipanggil polisi.
Mereka dipaksa untuk menandatangani surat yang isinya berupa perjanjian agar enggak mengungkap lebih lanjut mengenai penyakit tersebut.
Dokter Li Sakit
Dalam sebuah unggahan di Weibo, Dokter Li mengatakan bahwa dirinya kembali bekerja pada 3 Januari 2020 meskipun polisi menegurnya.
Enggak lama kemudian, yakni sepekan setelahnya, tepatnya pada tanggal 10 Januari 2020, Dokter Li menderita batuk.
"Saya demam pada 11 Januari dan dirawat di rumah sakit pada hari berikutnya. Saat itu, pemerintah masih bersikeras bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia, dan mengatakan tidak ada staf medis yang terinfeksi. Saya hanya bingung,” tulis Dokter Li di Weibo.
Saat mengalami gejala sakitnya, Li beberapa kali dites dan hasilnya negatif. “Tes virus saya masih negatif, tetapi saya kesulitan bernapas. Saya hampir tidak bisa bergerak. Orangtua saya juga dirawat di rumah sakit,” kata Li pada Weibo sehari sebelum dia didiagnosis terinfeksi coronavirus.
Pada hari Sabtu (11/1/2020) akhirnya Dokter Li dinyatakan terinfeksi coronavirus.
Pada hari yang sama, ia juga melampirkan teguran yang dilayangkan pihak berwenang yang ditandatanganinya pada 3 Januari 2020, lalu.
Isi dari teguran itu berisi peringatan ancaman hukuman jika Dokter Li tetap nekat mengungkap mengenai bahaya virus yang disebutnya bisa menular antar-manusia.
Kini, Dokter Li telah berpulang. Namun, ia tetap akan terkenang dengan jasa besarnya atas wabah coronavirus yang masih terus menjadi ancaman hingga saat ini.
Baca Juga: Apakah Kerokan Aman Dilakukan? Simak Fakta Menarik Tentang Kerokan yang Mungkin Belum Kamu Ketahui!
Tonton video ini, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rahwiku Mahanani |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar