GridKids.id - Kids, beberapa hari lalu viral sebuah video seorang anak laki-laki yang sedang menangis kesakitan.
Rupanya anak tersebut terkena kasus bullying.
Anak yang berinisial MS merupakan seorang siswa SMP di Malang.
Kasus bullying yang menimpanya dilakukan oleh teman-teman yang berusia sama dengan korban.
Bercanda berujung petaka
MS harus dirawat di rumah sakit karena ulah teman-temannya.
Bahkan yang lebih menyedihkan, mereka mengaku kalau tindakan itu dimaksudkan sebagai candaan saja.
Sebelumnya, beredar video viral MS yang menangis kesakitan di sebuah kamar perawatan rumah sakit.
Baca Juga: Gara-Gara Bersihkan Telinga Pakai Cotton Bud, Pria Ini Nyaris Kehilangan Pendengarannya
Terlihat juga, pada satu jarinya mengalami luka yang parah hingga menyebabkan jarinya memar.
Pada tweet tersebut, diketahui kalau MS adalah korban dari bullying.
Ia mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari ketujuh temannya.
Karena ulah teman-temannya, jari MS harus diamputasi, hal ini tentu sangat disayangkan banyak pihak.
Pendapat psikolog
Setelah dihubungi oleh Tim Nakita, pakar psikolog yakni Anisa Cahya Ningrum angkat bicara untuk menanggapi hal tersebut
"Peristiwa bullying selalu menjadi keprihatinan kita semua. Hal ini menyadarkan kita, bahwa pengawasan kita terhadap mereka belum maksimal," ungkap Anisa saat diwawancarai Nakita.id via WhatsApp, Rabu (5/2/2020).
"Sering kali, perilaku anak adalah duplikasi dari hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Anak yang melakukan perundungan, merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak berbahaya dan boleh dilakukan. Artinya, mereka tidak mendapat pembelajaran yang cukup tentang empati, moralitas dan toleransi," tambah Anisa.
Sebagai pakar psikolog Anisa juga menilai kasus bullying yang terjadi di Malang tersebut perlu ditelusuri lagi.
Baca Juga: Dianggap Langgar Kontrak dan Bikin Kerugian Mental, Para Fans Layangkan Gugatan ke Cristiano Ronaldo
"Kalau kasus di Malang itu yang terjadi sampai melukai fisik, bukan berarti hal itu menjadi faktor tunggal. Kemungkinan bisa juga diawali dengan perundungan secara mental, verbal atau sosial. Jadi perlu ditelusur bagaimana kronologi kejadian pada hari itu, dan hari-hari sebelumnya," tutur Anisa.
Bahkan Anisa juga menjelaskan dampak buruk yang mungkin akan dialami korban ketika mengalami cacat karena kasus tersebut dan kemudian korban tidak bisa menerima kenyataan yang ada.
Maka efek buruk yang mungkin terjadi, korban akan mengalami depresi yang luar biasa.
Anisa juga menilai bahwa peran orang tua korban sangat dibutuhkan saat ini untuk melakukan rehabilitas mental.
Anisa juga menerangkan anak yang menjadi pelaku bullying pun bukan semata-mata bisa terjadi karena sendirinya.
Anisa mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak ketika menjadi pelaku bullying sebagai berikut:
- Ingin menunjukkan suprioritasnya kepada anak-anak lain.
- Mendapatkan contoh dari orang lain tentang perilaku kekerasan.
- Kurangnya toleransi terhadap perbedaan.
- Kurangnya sikap empati kepada anak-anak yang lebih inferior.
- Kurangnya pengawasan dari orang-orang dewasa atau lembaga terkait.
- Tontonan tentang kekerasan yang ditelan mentah-mentah tanpa penjelasan dari orang dewasa.
- Pernah menjadi korban perundungan, lalu ingin melakukan pembalasan kepada orang lain untuk kepuasan.
Baca Juga: Bully Temannya Sampai Masuk Rumah Sakit dan Terancam Diamputasi, 7 Siswa SMP Ini Terancam Pidana
Menurut Anisa kasus bullying bisa dihindarkan apabila kita sebagai orang dewasa peka dan mau mengajarkan life skill kepada para anak-anaknya.
"Semua ini menjadi pengingat bagi kita, untuk mengajarkan life skill kepada anak-anak, agar bisa berinteraksi dengan baik di lingkungannya," tutup Anisa.
(Penulis: Shinta Dwi Ayu)
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Regina Pasys |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar