Find Us On Social Media :

Apa Makna Pelepasan Lampion Waisak ke Langit di Candi Borobudur? #AkuBacaAkuTahu

Perayaan Waisak yang dilakukan di Borobudur akan dibarengi oleh pelepasan lampion ke langit. Apa maknanya?

GridKids.id - Perayaan Waisak di Candi Borobudur identik dengan pelepasan ribuan lampion ke langit.

Tiap tahunnya Candi Borobudur jadi lokasi perayaan Waisak, nih.

Seperti hari ini, Kamis (23/05/2024) merupakan tempat perayaan Waisak 2568 BE (kalender Buddha).

Tiap tahunnya perayaan Waisak di Candi Borobudur memiliki rangkaian acara, salah satunya lampion yang banyak ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Lampion akan dilepaskan ke langit ketika hari sudah malam dan langit sudah gelap.

Inilah yang membuat pemandangan langit jadi indah karena banyak lampion terang yang menerangi langit malam di atas Candi Borobudur.

Pelepasan lampion dalam perayaan Waisak di Candi Borobudur bukannya tanpa makna, ya, Kids.

Pelepasan lampion pada momen Waisak punya makna yang mendalam berkaitan dengan doa dan harapan.

Dilansir dari laman kompas.com, menurut Dr. Rusli SE, SH, MM, selaku Ketua umum Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI), lampion yang diterbangkan ketika Waisak adalah simbol doa-doa yang dipanjatkan ke langit supaya segera bisa terwujud.

Lampion sebagai simbol doa dan harapan yang diterbangkan ke langit diharapkan bisa membuat dan doa juga harapan itu segera bisa terjadi, Kids.

Selain penerbangan lampion, perayaan Waisak di Candi Borobudur juga punya ritual lainnya, lo. Apakah itu?

Baca Juga: Makna Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha, Amalkan Ajaran Buddha tentang Kebajikan

Ritual Waisak yang Dilaksanakan Umat Buddha

Lampion yang diterbangkan pada malam hari sangat populer di kalangan Masyarakat.

Namun, selain itu ada juga ritual yang penting dilaksanakan selama Waisak, yaitu upacara pemanjatan doa.

Selama upacara itu dilakukan, umat Buddha akan membakar kertas juga dupa, Kids.

Meski terkesan meriah dengan perayaan dan pelepasan ribuan lampion ke langit.

Umat Buddha sebenarnya dikenal tetap mengamalkan amal atau tindak laku baik dalam kesehariannya.

Menurut Bapak Rusli, kehidupan yang dijalani umat Buddha harus selalu bijaksana dan menebarkan kebaikan pada banyak orang.

Penganut agama Buddha perlu mengamalkan lima sila supaya bisa mencapai pencerahan, di antaranya:

1. Menahan diri dari mengambil kehidupan, inilah yang membuat banyak umat Buddha yang memilih jadi vegetarian atau enggak makan hewan.

2.Menahan diri dari mengambil apa yang enggak diberikan, atau larangan mencuri.

3. Menahan diri dari penyalahgunaan indera, tak boleh melakukan perbuatan tercela dengan indera yang dimiliki.

Baca Juga: 3 Peristiwa Penting dalam Hari Raya Waisak dan Rangkaian Perayaannya

4. Menghindari kesalahan ucap, enggak boleh berbohong atau bergosip.

5. Menahan diri dari minuman keras yang merusak pikiran, tak boleh minum alkohol atau mengonsumsi obat-obatan yang membuat sulit berpikir normal.

Seminggu sebelum perayaan Waisak, umat Buddha akan banyak melakukan kegiatan, seperti mengambil air suci, melakukan bakti sosial sampai menjelang hari perayaan Waisak.

Dibandingkan perayaan meriah, umat Buddha lebih fokus pada penerapan hal-hal baik kepada sekitar sebagai perayaan Waisaknya.

Kebaikan dipercaya akan mengantarkan pada kebaikan lain, memudahkan doa dan harapan sampai dan terkabul.

Pertanyaan:
Apa makna lampion yang diterbangkan pada perayaan Waisak di Candi Borobudur?
Petunjuk, cek lagi halaman 1.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.