GridKids.id - Warisan budaya nusantara berkembang di tiap-tiap daerah Indonesia berdasarkan adat istiadat daerah tersebut.
Salah satunya noken. Noken adalah sebuah tas tradisional yang berasal dari Papua.
Tas ini terbuat dari anyaman daun, tanaman, serat pohon, kulit kayu dan memiliki bentuk yang unik.
Noken memiliki bentuk dan fungsi seperti tas pada umumnya.
Namun, biasanya noken digunakan oleh suku-suku di Papua untuk membawa barang-barang atau hasil panen.
Selain fungsinya sebagai tas, noken juga memilki nilai simbolis dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Papua.
Setiap suku atau kelompok etnis di Papua mungkin memiliki gaya noken yang berbeda, dengan pola, warna, dan desain khas mereka sendiri.
Sejarah Noken Papua
Melansir web Kemendikbudristek, noken Papua ternyata sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun.
Ada 250-an suku di Papua yang mengenakan noken dalam kehidupan sehari-hari.
Warisan ini pun terus dipakai secara turun menurun, sehingga tak diketahui secara jelas berkembangnya tas yang terbuat dari seratan kayu ini.
Baca Juga: Daftar Lagu Daerah di Indonesia, dari Aceh Hingga Papua
Noken juga diartikan sebagai pandangan hidup orang Papua seperti sikap kemandirian orang Papua dan kebiasaan tolong menolong.
Selain itu, noken dianggap sebagai perdamaian dan kehidupan yang baik.
Di berbagai suku di Papua noken menunjukkan status sosial pemakainya.
Orang terkemuka dalam masyarakat, misalnya kepala suku, kadang-kadang memakai noken dengan pola dan hiasan khusus.
Umumnya noken dibuat oleh perempuan atau mama-mama Papua yang rata-rata sudah berusia lanjut, yang disebut dengan "Mama Noken".
Namun ada pula Noken yang dikerjakan oleh kaum laki-laki yaitu di daerah Suku Mee dan dinamakan Meuwodide ("bapak-bapak Papua di daerah Suku Mee).
Cara Pembuatan Noken Papua
Untuk membuat bahan baku dilakukan dengan cara yang berbeda-beda antara satu suku dengan suku lainnya.
Ada yang melakukan dengan cara memotong beberapa jenis pohon khusus, kecil dan besar.
Cara pengelolaannya kadang-kadang dipanasi di atas api hingga layu, lalu direndam dalam air selama beberapa hari.
Tetapi ada juga perajin yang mengupas kulit batang pohon lalu keluar, hingga tinggal seratnya.
Baca Juga: Jadi Cendera Mata PON XX Papua 2021, Apa Itu Noken dan Filosofinya?
Ada juga suku (misalnya Suku Dani/Hugula di Wamena) yang menguliti batang kayu kecil, lalu batang kayu tersebut dipukuli hingga tinggal seratnya.
Kemudian serat kayu tersebut dikeringkan menjadi bahan serat yang kemudian dipintal menjadi benang kuat dengan telapak tangan di atas paha perajin.
Setelah itu serat tersebut kadang diwarnai dengan warna alami (contoh, Suku Dani/Hugula).
Benang itu kemudian dirajut dengan tangan untuk membuat tas jala dengan berbagai pola dan ukuran.
Selain proses merajut, ada juga suku Papua yang membuat noken dengan proses menganyam.
Saat ini noken tak lagi banyak digunakan dalam keseharian. Namun, di desa-desa Papua noken masih banyak dipakai oleh masyarakat tersebut.
Tapi di kota noken sudah mulai ditinggalkan. Hal ini sangat berkaitan dengan kemajuan teknologi yang menggusur kebudayaan budaya suatu daerah dengan teknologi baru yang memiliki fungsi yang sama.
Nah, itulah Kids penjelasan mengenai noken Papua.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia!