GridKids.id - Halo, Kids, kembali lagi di artikel Belajar dari Rumah (BDR) materi Sejarah XI SMA.
Di artikel kali ini kamu akan diajak melihat seperti apa pendudukan Jepang di beberapa wilayah di Indonesia juga sambutan penduduknya.
Kedatangan Jepang yang mengusir penjajah kolonial awalnya menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat.
Sebagian menyambut baik dan senang, sebagian lagi masih memiliki keraguan atas tujuan Jepang datang ke Indonesia.
Keraguan itu terbukti setelah pendudukan Jepang di Indonesia mulai menunjukkan warna dan kekejaman aslinya.
Si "Saudara Tua" menguras habis, merampas, dan menimbulkan luka baru di waktu pendudukannya yang singkat.
Namun, di waktu yang singkat ini pula Indonesia bisa menuju ke pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang diidamkan untuk waktu yang sangat lama pada 17 Agustus 1945.
Selanjutnya kamu akan diajak melihat uraian tentang pendudukan Jepang di berbagai wilayah Indonesia dan sambutan penduduknya.
Pendudukan Jepang di Indonesia dan Sambutan Penduduk
1. Penjajahan Jepang di Enrekang, Sulawesi Selatan
Ketika mendarat di Sulawesi Selatan, hanya ada sedikit perlawanan terhadap pendaratan Jepang di sana.
Baca Juga: Jatuhnya Hindia Belanda ke Tangan Jepang pada 1942, Sejarah XI SMA
Sebagian penduduk dan kaum nasionalis Makassara bahkan menyambut meriah kedatangan Jepang ke tanah mereka.
Hal ini terjadi karena sebelum perang Asia Timur Raya berlangsung, Jepang sudah lebih dulu mendekati penduduk setempat dan kaum nasionalis di sana.
Jepang melakukan pendekatan untuk meyakinkan Jepang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan.
Ketika Jepang datang ke Enrekang, masyarakat lokal juga menyambut baik karena ada anggapan bahwa tentara Jepang adalah penyelamat mereka.
Di awal kedatangan Jepang, perilaku tentara Jepang baik, bahkan banyak ada pembagian bahan makanan seperti gula pasir, susu, sabun, dan masih banyak lagi.
Pihak Jepang selalu melakukan propaganda bahwa Nippon dan Indonesia adalah satu kesatuan dan saudara.
Jepang enggak melakukan banyak perubahan di pemerintahan Hindia Belanda selain mengubah namanya jadi menggunakan istilah Jepang.
Selain itu, Jepang juga mengganti pejabat Eropa dengan orang Jepang, misalnya Ken Karikan (Asisten Residen) dan Bunken Karikan (kontroleur/ setara bupati).
Pejabat lokal yang dipekerjakan semasa Hindia Belanda tetap dipekerjakan, sebagai kepala distrik atau Suco.
Bendera merah putih diizinkan berkibar tapi bersamaan dengan bendera Jepang.
Selain itu, lagu Indonesia Raya juga boleh dinyanyikan bersamaan dengan lagu kebangsaan Jepang.
Baca Juga: Dampak Pendudukan Jepang di Bidang Sosial Budaya, IPS Kelas 8 SMP
Dalam urusan agama juga enggak ada pembatasan kepada para pemeluk agama di Hindia Belanda.
Situasi mulai berubah ketika pada 1943, Jepang mulai membangun bunker pertahanan untuk pasukannya.
Banyak tenaga kerja paksa (romusha) yang dikerahkan untuk membangun pertahanan, menanam kapas, dan pengerjaan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan makanan tentara Jepang.
Hal ini menyebabkan banyak kelaparan terjadi di mana-mana, pakaian sulit diperoleh hingga banyak warga lokal yang menutupi tubuhnya dengan kulit kayu.
Rakyat makin tertindas dan enggak berani melawan karena siksaan Jepang yang kejam.
Tindakan Jepang yang begitu kejam ini merubah pandangan masyarakat Indonesia kepada Jepang.
Pertanyaan: |
Sebutkan nama jabatan Eropa yang digantikan menjadi istilah Jepang setelah pasukan militer angkatan laut Jepang datang ke Enrekang! |
Petunjuk, cek lagi halaman 2. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia