GridKids.id - Hai, Kids, kembali lagi bersama GridKids untuk membahas materi Belajar dari Rumah (BDR) bahasa Indonesia kelas 10 SMA.
Pada artikel sebelumnya kamu sudah melihat sendiri pengertian, tujuan, struktur penulisan, hingga unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah teks hikayat.
Nah, kali ini kamu masih akan membahas tentang materi teks hikayat bersama GridKids, nih, Kids.
Di artikel BDR bahasa Indonesia kelas 10 SMA kali ini kamu akan diajak belajar bersama tentang kaidah kebahasaan dalam teks hikayat.
Teks hikayat dibuat dengan memerhatikan dua kaidah kebahasaan, yaitu:
1. Konjungsi waktu
Hikayat merupakan teks yang menggambarkan sebuah alur cerita yang enggak bisa lepas dari penggunaan konjungsi urutan waktu.
Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan dari sebuah kejadian berdasarkan waktu terjadinya, baik sebelum, ketika berlangsung, maupun setelahnya.
Hikayat menggunakan konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais atau yang umum digunakan pada masa lampau.
Contoh kata- kata arkais misalnya: akisyah/alkisah, bermula/sebermula, arkian/Hatta-ata/Kalakian/Syahdan/Maka.
Pemilihan konjungsi sangat menentukan koherensi atau kepaduan makna antarkalimat atau antarparagraf dalam cerita.
Baca Juga: Hikayat: Pengertian, Tujuan, dan Struktur Penulisannya, Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA
Penggunaan konjungsi urutan waktu yang enggak tepat akan mengubah logika alur cerita dan koherensi sebuah paragraf.
Ketika menggunakan konjungsi waktu, sebaiknya jangan terlalu banyak menggunakannya dalam satu paragraf, Kids.
2. Majas
Selain konjungsi waktu, teks hikayat juga menggunakan majas, Kids.
Majas merupakan gaya bahasa yang sangat erat dengan teks atau kisah fiksi.
Majas digunakan dalam sebuah teks hikayat untuk menambah unsur keindahan dalam penyampaian sebuah cerita.
Berikut ini adalah beberapa majas yang sering digunakan dalam hikayat atau cerita pendek (cerpen), yaitu:
1. Antonomasia: majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifat yang menonjol.
2. Personifikasi: majas yang menyatakan benda mati atau benda hidup yang bukan manusia (hewan atau tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah bersifat atau berlaku seperti manusia.
3. Simile: majas yang membandingkan sebuah hal dengan hal lain secara eksplisit atau menggunakan kata penghubung dengan kata pembanding, misalnya penggunaan kata laksana, bak, seperti, dan bagaikan.
4. Metafora: majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai dari bandingan benda secara fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain.
Baca Juga: Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Hikayat, Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA
5. Hiperbola: gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Itulah tadi uraian tentang kaidah kebahasaan dalam sebuah teks hikayat, karya sastra lama yang punya banyak nilai-nilai warisan leluhur.
Pertanyaan: |
Apakah yang dimaksud dengan konjungsi waktu? |
Petunjuk, cek lagi page 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.