Find Us On Social Media :

Pengertian Teori Asam Basa Menurut Para Ahli

Asam merupakan zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan. Sementara basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan

GridKids.id - Zat asam dan basa sering kita temui dikehidupan sehari-hari. 

Salah satu contoh mudahnya adalah detergen atau sabun yang digunakan untuk mencuci pakaian.

Detergent tersebut memiliki zat yang sifatnya adalah basa.

Sementara itu, larutan tersebut dikenal pula karena memiliki ciri yang khas.

Yaitu berupa asam dan memiliki rasa yang masam, contohnya seperti vitamin C, cuka dan lain sebagainya.

Mengenai asam basa, beberapa ahli sempat mengemukakan pendapatnya mengenai teori asam basa. Simak penjelasannya!

Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai teori asam basa.

Setiap ahli memiliki pandangan yang berbeda, sehingga menciptakan teori-teori asam basa. Berikut beberapa teori asam basa menurut para ahli.

Teori Asam Basa Menurut Para Ahli

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Teori pertama asam bas aini dicetuskan pertama kali oleh seorang ahli kimia berasal dari Swedia bernama Svante Arrhenius. 

Dilansir dari Chemguide, menurut Arrhenius, asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan sedangkan basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam larutan.

Asam dan basa dapat bereaksi menghasilkan air dan senyawa ionic garam, reaksi tersebut disebut dengan reaksi netralisasi.

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Senyawa Asam, Basa, dan Garam, Materi Kelas 7

Misalnya reaksi asam sulfat (H2SO4) dan kalium hidroksida (KOH) yang menghasilkan air dan senyawa ionic garam kalium sulfat (K2SO4).

Berdasarkan persamaan reaksi yang terjadi tersebut, maka diperoleh ciri khas yaitu pelarut air zat tersebut mengion kemudian berubah menjadi hidrogen dengan muatan positif dengan lambing H+ serta ion yang memiliki muatan negative maka akan disebutkan dengan sisa asam.

Dapat disimpulkan, bahwa teori Arrhenius ini menyatakan bahwa senyawa asam merupakan senyawa yang dapat melepaskan ion H+ atau ion hydronium H3O+ apabila dilarutkan dalam air. Sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang melepaskan ion OH- jika dilarutkan dalam air.

2. Teori Asam Basa Brownsted dan Lowry

Teori asam basa brownsted muncul untuk menyempurnakan kekurangan yang ada pada teori Arrhenius. 

Dengan keterbatasan pelarut, yaitu hanya senyawa air saja serta dapat menjelaskan reaksi dari asam basa yang terjadi pada fase cair, gas, serta fase padat pula.

Ketika senyawa asam klorida atau HCl dilarutkan dalam air, maka asam klorida tersebut larut sempurna serta menghasilkan sebuah ion baru.

Bronsted serta Lowry mendefinisikan asam menjadi sebuah donor proton atau ion hidrogen sedangkan basa merupakan akseptor dari proton atau ion hydrogen.

Menurut teori asam basa dari Bronsted dan Lowry, asam merupakan senyawa yang mampu memberikan proton H+ pada senyawa lain dan disebut sebagai donor proton.

Sedangkan basa menurut teori ini merupakan senyawa yang menjadi penerima dari proton H+ dari senyawa lainnya dan disebut pula sebagai akseptor proton.

Contohnya ketika asam klorida dilarutkan dalam air, maka asam klorida yang larut dengan sempurna pun akan menghasilkan ion yang baru.

Tetapi tentu akan terjadi hal yang berbeda, apabila senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena atau C6H6.

Baca Juga: Pengertian dan 5 Contoh Basa yang Sering Digunakan dalam Kehidupan Sehari-hari

Maka, jika senyawa asam klorida dilarutkan pada pelarut benzena, senyawa asam klorida tersebut tidak akan bereaksi dan akan mengendap secara sempurna.

Jadi kesimpulannya dari teori asam basa Brownsted Lowry adalah asam merupakan senyawa yang memberikan proton pada senyawa lainnya atau dapat disebut pula sebagai donor proton.

Sementara itu, basa menurut teori Bronsted Lowry adalah senyawa yang menjadi penerima proton serta senyawa lain dan disebut pula sebagai akseptor proton.

3. Teori Asam Basa Lewis

Tak seperti dua teori sebelumnya, teori asam basa Lewis tak menyebutkan tentang atom hidrogen.

Teori asam basa Lewis dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis pada tahun 1923 dan merupakan pengembangan dari teori Bronsted-Lowry.

Dilansir dari Purdue University College of Science, asam Lewis adalah zat apapun yang menjadi akseptor pasangan elektron.

Maka basa adalah kebalikannya, yaitu zat yang menjadi donor (penyumbang) pasangan elektron.

Sehingga reaksi antara asam dan basa menurut Lewis adalah reaksi perpindahan (transfer) elektron dari zat bersifat basa ke zat yang bersifat asam.

Lebih lanjut, Lewis berpandangan bahwa reaksi dari asam dan basa adalah reaksi dari serah terima pasangan elektron.

Sehingga, terbentuklah suatu ikatan kovalen koordinasi dari reaksi serah terima terima tersebut.

Maka, kesimpulan dari teori Gilbert Newton Lewis, asam merupakan sebuah molekul atau ion yang dapat menerima pasangan elektron.

Baca Juga: Larutan Asam dan Basa: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contohnya

Sedangkan basa merupakan sebuah molekul atau ion yang mampu memberikan pasangan elektronnya.

Lewis juga mampu menjelaskan teori asam basa dengan menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut baik air atau selain air serta bahkan mampu menjelaskan sifat asam dan basa tanpa pelarut sekalipun.

-----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.