Tekstur bakmi dibuat memanjang juga kenyal dengan filosofi bahwa ada keberuntungan dan rezeki yang enggak putus-putus untuk orang yang menyantapnya.
Filosofi inilah juga yang membuat sajian bakmi hampir selalu disajikan di tiap momen perayaan atau hari-hari besar masyarakat Tionghoa.
Kuliner Bakmi di Indonesia
Sajian bakmi di Indonesia dibawa oleh para pedagang Tionghoa yang bermigrasi untuk berdagang di kawasan nusantara.
Tak hanya membawa dagangan, para pedagang Tionghoa juga membawa tradisi kuliner mereka ke nusantara, nih, Kids.
Kuliner enggak sekedar untuk mengisi perut ketika lapar, namun juga sebagai identitas bagi orang Tionghoa yang kala itu menjadi pendatang di daerah yang baru.
Orang-orang Tionghoa membawa kebiasaan makan mi mereka ke daerah rantau sebagai cara tetap terhubung dengan leluhur mereka.
Modifikasi bakmi dilakukan karena budaya kuliner yang berbeda juga keterbatasan bahan-bahan untuk membuatnya.
Bakmi yang kita kenal hari ini adalah versi yang telah disesuaikan dengan selera lokal atau masyarakat setempat.
Jika di Cina bakmi biasanya disantap dengan menambahkan topping daging babi, di Indonesia isian bakmi diganti menjadi daging ayam, daging sapi, hingga boga bahari (seafood).
Nama bakmi berasal dari dialek Hokkian dengan pinyin rou yang berarti daging.
Baca Juga: Sejarah Dimsum, Sajian Teman Minum Teh yang Digemari Semua Usia