Latar Belakang Terjadinya Perang Padri
Disebutkan konflik ini bermula saat tiga orang Minangkabau kembali dari Mekah, yaitu Haji Sumanik, Haji Miskin, dan Haji Piobang.
Ketiga haji ini berniat memperbaiki syariat Islam di Minangkabau yang belum sepenuhnya dijalankan.
Nah, seorang ulama bernama Tuanku Nan Renceh tertarik untuk ikut andil dan mendukung niat ketiga haji tersebut.
Maka dari itu mereka bergabung dalam kelompok bernama Harimau nan Salapan.
Kelompok ini meminta Sultan Arifin Muningsyah sebagai pemimpin Kesultanan Pagaruyuang untuk bergabung dan meninggalkan kebiasaan adat yang enggak sesuai dengan syariat Islam.
Namun, Yang Dipertuan Pagaruyuang tampak kurang sepakat dan tak ingin meninggalkan tradisi yang sudah ada sejak dulu di Minangkabau.
Menurut kaum Padri, kebiasaan tersebut enggak sesuai dengan mayoritas masyarakat kaum adat yang beragama Islam.
Terjadinya Perang Padri juga terjadi atas intervensi dari Belanda. Kolonial Belanda saat itu berpihak pada kaum adat.
Setelah itu, Residen de Puy dan Tuanku Suruaso bersama 14 penghulu adat mengadakan perjanjian pada tahun 10 Februari 1821.
Pada tahun itu juga pasukan Belanda menduduki Sumatra Barat dan dari perjanjian tersebut mereka mendapat keuntungan wilayah penguasaan pedalaman Minangkabau.
Baca Juga: 5 Perang dan Pertempuran Kuno yang Tercatat dalam Sejarah Dunia