Find Us On Social Media :

5 Tradisi Ritual Pertanian di Indonesia, Salah Satunya Seba Baduy

Indonesia sebagai negara agraris memiliki berbagai ritual tradisi yang berkaitan dengan pertanian dan hasil buminya. Apa saja tradisinya?

GridKids.id - Indonesia merupakan negara yang memiliki dua corak yaitu corak maritim dan corak agraris.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang melimpah, inilah juga yang membuat nasi menjadi makanan pokok orang Indonesia.

Masyarakat maritim yang tinggal di laut yang menunjukkan rasa syukur pada alam atas hasil tangkapan ikan dengan sedekah laut.

Masyarakat tani juga menunjukkan rasa syukur pada Tuhan yang sudah memberikan alam dan segala isinya lewat beberapa tradisi atau ritual pertanian.

Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah beberapa tradisi yang berkaitan dengan pertanian unik dari Indonesia, di antaranya:

Tradisi atau Ritual Pertanian di Indonesia

1. Wiwitan Tanam Padi (Kebumen)

Tradisi pertanian ini sudah dilaksanakan secara turun temurun di Desa Bumiharjo, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Tradisi ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan ungkapan permohonan pada Tuhan YME supaya bisa memberikan keselamatan pada petani supaya padi bisa tumbuh subur dan panen bisa berjalan lancar dan berlimpah.

Uba rampe yang disiapkan untuk upacara ini seperti ingkung bakar, nasi tumpeng, tiga macam pisang, dan beragam minuman dari yang rasanya pahit hingga manis.

Salah satu wedang (minuman) yang wajib ada dalam upacara ini adalah salah satu minuman khas dari Kebumen yang disebut wedang cembawuk dari santan kelapa.

2. Ritual Ungkapan Syukur pada Dewi Sri (Yogyakarta)

Masyarakat Yogyakarta rutin melakukan ritual sebagai bentuk syukur pada Sang Penguasa Alam dan penghormatan pada Dewi Sri sebagai dewi kesuburan.

Masyarakat setempat percaya bahwa Dewi Sri hadir dalam wujud biji padi yang ditanam di tanah lalu bertemu dengan Dewa Wisnu dalam wujud air.

Baca Juga: Belajar Lebih Lanjut: Budaya Maritim dan Budaya Agraris, IPA Kelas 5 SD Tema 6

Pertemuan keduanya inilah yang melahirkan kehidupan dan membuat tanaman padi jadi salah satu tanaman yang istimewa.

Ritual ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu menabuh benih, perawatan, hingga siklus-siklus sesudahnya.

Tahap menabur benih umumnya akan dilakukan oleh laki-laki dengan penanaman sembilan butih gabah, satu butirnya akan diletakkan di tengah dengan 8 butir lainnya akan ditempatkan di delapan penjuru mata angin.

Tahap perawatan dan siklus-siklus sesudahnya dibagi jadi waktu tandur (tanam) dan meteng (bunting).

Waktu tanam membutuhkan beberapa kelengkapan, seperti jenang pethak (bubur putih), pisang kluthuk, kinang (kapur-sirih), juga bunga.

Sedangkan ketika masuk masa meteng, kelengkapan yang dibutuhkan adalah bubur putih dan telur yang diletakkan di tempat bernama tulakan setelahnya baru padi akan dituai.

3. Ngarot (Indramayu)

Tradisi ngarot masih bisa ditemukan di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yang berupa tradisi berkah bumi.

Sebagian masyarakatnya masih setia merawat tradisi ini yang diketahui sudah jadi warisan leluhur sejak ratusan tahun lalu.

Ritual ini akan dilakukan ketika memasuki musim tanam sebagai simbol dari perlawanan terhadap pengaruh industrialisasi yang menggeser budaya agraris setempat.

Tradisi ngarot selalu dilaksanakan oleh para muda-mudi (kasinoman) desa yang masih belum menikah.

Pada tradisi ini kasinoman akan diajarkan tentang ilmu bercocok tanam dan bertani sejak dini.

Baca Juga: Alasan Indonesia Menjadi Negara Maritim dan Agraris, Materi IPAS Kelas 5 SD

Hal ini juga jadi sebuah pesan penting bagi generasi penerus supaya areal persawahan enggak beralih fungsi dan hilang sama sekali tergerus zaman.

4. Nyobeng (Kalimantan Barat)

Ritual atau tradisi Nyobeng ini merupakan ritual penghormatan pada tengkorak yang berasal dari kata "Nibakng".

Ritual adat ini merupakan bentuk ucapan syukur atas panen berlimpah sekaligus ritual karena sudah berhasil mengalahkan musuh.

Ritual ini dilakukan oleh Suku Dayak Bidayuh yang akan membersihkan tengkorak dengan upacara adat.

Tengkorak manusia merupakan lambang harga diri dan pelindung desa yang dipercaya masyarakat setempat bisa menghalau hama penyakit, mendatangkan hujan, dan menghindarkan desa dari bahaya.

Ritual ini sangat dinanti-nantikan oleh Suku Dayak karena bertani menjadi satu-satunya cara melestarikan kearifan lokal dan upaya utama mempertahankan kehidupan.

5. Seba Baduy (Suku Baduy)

Masyarakat Baduy atau suku Kanekes di Lebak, Banten memiliki upacara tradisional yang disebut dengan Seba.

Upacara tradisional ini adalah tradisi yang dilakukan dalam rangka menyampaikan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah dalam kurun waktu satu tahun.

Seba Baduy rutin diselenggarakan tiap tahun dan jadi ajang silaturahmi antara masyarakat Baduy dengan pemerintah setempat.

Tradisi ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Pendopo Kabupaten Lebak dan di Pendopo Gubernur Serang, Banten.

Kata Seba dalam bahasa Baduy berarti persembahan, dan tradisi Seba ini juga dilaksanakan dengan sukarela akan mempersembahkan hasil panen pada pemerintah.

Baca Juga: Negara Agraris: Definisi, Kelebihan, dan Ciri-Cirinya, IPA Kelas 5 SD Tema 6

Sebelum digelarnya Upacara Seba Baduy, masyarakat Baduy akan menggelar upacara Kawalu selama tiga bulan.

Kawalu bisa diartikan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas hasil bumi yang telah diperoleh.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.