Desa Sala dipilih karena beberapa karena posisinya yang dekat dengan Sungai Bengawan Solo.
Kala itu, Sungai Bengawan Solo menjadi situs penting untuk melakukan kegiatan ekonomi, sosial dan politik.
Akhirnya pada 1746, Keraton Surakarta di Desa Sala mulai ditempati meski belum sepenuhnya selesai dibangun.
Kemudian pembangunan Keraton Surakarta dilanjutkan oleh para penerusnya.
Perjanjian Giyanti
Kerajaan Mataram sempat menghadapi perlawanan dari Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi pada masa pemerintahan Pakubuwono III,
Namun pergolakan resmi diakhiri melalui Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.
Dalam kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua.
Nagari Kasultanan Ngayogyakarta untuk Hamengku Buwono I dan Nagari Kasunanan Surakarta diserahkan kepada Pakubuwono III.
Sejak saat itu, Keraton Surakarta menjadi istana dari istana dari Kasunanan Surakarta.
Situs Wisata Budaya
Baca Juga: 15 Nama Istana/Kraton Peninggalan Kerajaan Indonesia dan Lokasinya