GridKids.id - Kids, sebelumnya kamu sudah belajar tentang sejarah perlawanan bersenjata terhadap Jepang di beberapa wilayah di Indonesia.
Yap, perlawanan tersebut terjadi di wilayah Aceh, Indramayu dan Singaparna.
Nah, kali ini GridKids akan mengajak kalian belajar tentang sejarah perlawanan di Blitar oleh PETA.
PETA sendiri adalah salah satu organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang.
Lantas, bagaimana latar belakang pemberontakan itu bisa terjadi? Yuk, kita cari tahu.
Latar Belakang Pemberontakan
Seperti yang sudah diterangkan, PETA adalah salah satu organisasi militer bentukan Jepang.
Akan tetapi, PETA tidak terima dengan perlakukan pemerintah Jepang terhadap rakyat Indonesia.
Salah satunya adalah dengan mengawal para pekerja paksa romusha yang mana mereka adalah sesama bangsa Indonesia.
Hal itu pun menyulut kemarahan PETA terhadap pemerintahan Jepang.
Sampai akhirnya, salah satu pemimpin PETA, Shodanco Supriyadi menyuarakan perlawanan terhadap Jepang.
Baca Juga: Sejarah Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Jepang, Materi IPS Kelas 8
Perlawanan Terhadap Jepang
Awal pemberontakan terjadi pada 29 Februari 1945 dini hari.
Shodanco Supriyadi dan pasukannya mulai bergerak melawan tentara Jepang.
Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat, lalu keluar dengan senjata lengkap.
Pertempuran pun meletus dan Jepang mengerahkan pasukannya dengan dilengkapi tank dan pesawat.
Perlawanan terus terjadi sampai Blitar dikuasai oleh Jepang sepenuhnya.
Beberapa pasukan Shodanco Supriyadi bahkan menyerahkan diri dan ditangkap tentara Jepang.
Shodanco Supriyadi pun membuat benteng pertahanan di Gunung Kawi dan Distrik Pare.
Pertahanan tersebut akhirnya sulit ditembus oleh Jepang dan Komandan pasukan Jepang, Kolonel Katagiri berpura-pura menyerah kepada pasukan Muradi.
Sampai pada akhirnya pasukan Muradi masuk ke dalam jebakan Jepang dan kemudian tertangkap.
Baca Juga: Sejarah Perlawanan Rakyat Indramayu terhadap Jepang, Materi IPS Kelas 8
Shodanco Supriyadi pun ikut tertangkap oleh tentara Jepang.
Akhir Perlawanan
Penangkapan dua tokoh penting itu pun menjadi akhir dari pemberontakan PETA terhadap Jepang.
Perlawanan pun gagal dan Jepang kembali menguasai Blitar.
-----