Find Us On Social Media :

Mengapa Kita Menggunakan Pakaian Hitam Ketika Berkabung? #AkuBacaAkuTahu

Penggunaan pakaian hitam ketika menghadiri upacara kematian atau acara pemakaman sudah dilakukan sejak zaman Romawi Kuno.

Sedangkan di Ghana dan Afrika Selatan masyarakat mengenakan pakaian berwarna merah pada upacara pemakaman.

Lalu di kawasan Asia Tenggara seperti di Thailand identik dengan warna ungu, sedangkan di Myanmar busana berkabungnya lekat dengan warna kuning dan biru.

Filosofi Busana Berkabung Warna Hitam

Pada Oktober 2014 silam diselenggarakan sebuah pameran bertajuk 'Death Becomes Her: A Century of Mourning Attire' yang diselenggarakan oleh Costume Institute Metropolitan Museum of Art di New York.

Pameran itu diselenggarakan untuk menilik mode-mode pakaian berkabung yang dipergunakan dalam acara-acara pemakaman dalam kurun seabad sejak 1815-1915.

Budaya mengenakan pakaian berkabung warna hitam pada upacara kematian berawal dari kebiasaan ratu Inggris yaitu Queen Victoria (1837-1901).

Sang ratu mengenakan pakaian hitam untuk menunjukkan duka mendalam atas kematian suaminya yaitu Prince Albert, pada 1861.

Sejak kematian suami tercintanya, sang ratu hanya mengenakan pakaian berwarna hitam selama 40 tahun hingga akhir hidupnya.

Apa yang dilakukan oleh sang ratu lalu menjadi kebiasaan atau tradisi yang juga dilakukan oleh masyarakat dari berbagai lapisan.

Bahkan orang-orang yang enggak punya pakaian hitam dan enggak mampu membelinya akan mencat pakaiannya dengan warna hitam sebagai bentuk berduka.

Budaya berkabung dengan busana warna hitam nyatanya adalah tradisi kerajaan yang menyebar ke masyarakat luas lewat media majalah fesyen kala itu.

Baca Juga: 22 Kosa Kata Bahasa Belanda tentang Pakaian serta Terjemahannya