Find Us On Social Media :

Jelang Idul Fitri, Cakupan Vaksinasi pada Anak Mencapai 75 Persen

(Ilustrasi) cakupan vaksinasi untuk anak mencapai 75 persen, simak penjelasannya.

GridKids.id - Kasus COVID-19 pada anak sudah mengalami penurunan yang disebabkan capaian vaksinasi cukup tinggi.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ibu Siti Nadia Tarmiz, sudah hampir 75 persen anak mendapatkan vaksin dosis lengkap.

"Untuk vaksinasi pada anak itu yang usia 6-18 tahun  yang menerima dosis lengkap itu hampir 75 persen," ujar Ibu Nadia Kepada GridKids.id (13/4/2022).

Selain itu, usia 6-11 tahun itu sudah 55 persen yang sudah memperoleh dosis lengkap.

Dengan hal tersebut cangkupan vaksinasi anak sudah cukup tinggi dan membuat proteksi pada anak-anak.

"Kalau kita lihat kasus COVID-19 pada anak juga semakin menurun, kita mau melihat jumlah anak-anak yang terpapar diakibatkan PTM terus turun dan hanya diawal-awal saja," tambah Ibu Nadia.

Jika dahulu banyak anak terpapar COVID-19 karena cangkupan vaksinasi masih kecil sehingga banyak terinfeksi saat sekolah tatap muka.

Untuk saat ini kasus COVID-19 pada anak sudah jarang, dan didominasi oleh orang dewasa.

"Untuk kasus covid-19 tetap lebih banyak kepada orang dewasa diusia 18 tahun, kalau usia anak-anak sudah jarang kasusnya," kata Ibu Nadia.

Baca Juga: Kemenkes: Jelang Idul Fitri Kasus COVID-19 pada Anak Sudah Melandai

Meski begitu, kasus COVID-19 pada anak masih ada yang menjalani perawatan namun tak sebanyak dahulu.

"Masih ada anak-anak tetapi jumlahnya sangat sedikit ya, kurang dari 20 itupun sangat jarang mungkin hanya 10 di bawah usia 18 tahun, kalau bayi di bawah 5 hingga 6 tahun sangat jarang," ujar Ibu Nadia.

Untuk saat ini tak ada kasus COVID-19 yang memiliki gejala berat karena sebagian besar tanpa gejala.

"Kalau posisi sekarang, yang sakit berat di ICU enggak ada, sebagian besar itu tanpa gejala jadi tak dirawat di rumah sakit," ujar Ibu Nadia.

Menurut Ibu Nadia kasus COVID-19 pada anak mengalami pola terbalik, karena pemicu positif bukan hanya virus saja melainkan penyakit bawaan.

"Misalnya pada anak-anak yang mengidap Leukimia,  dia punya penyakit bawaan, terus dia rutin tranfusi darah atau mendapatkan pengobatan tertentu, maka dalam pemeriksaan berpotensi positif COVID-19," tambah Ibu Nadia.

Sehingga hampir tak ditemukan gejala berat saat ini kecuali ada penyakit penyerta.

Penyakit penyerta tersebut seperti asma, Sakit jantung bawaan, atau anak-anak penyandang leukimia.

Jika memiliki sejumlah penyakit penyerta maka berpotensi memperberat COVID-19.

Baca Juga: Longgarkan Peraturan, Warga Singapura Bebas Berjalan-jalan Tanpa Masker

Namun anak-anak sudah mendapatkan proteksi lebih dari vaksin yang diberikan pemerintah.

-----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.