GridKids.id - Meski angka kasus harian COVID-19 terus menunjukkan tren penurunan, pemerintah menghimbau masyarakat tetap waspada karena masih ada ancaman subvarian Omicron BA.2 atau yang dikenal dengan istilah Son of Omicron.
Persebaran subvarian virus Omicron BA.2 ini kini menunjukkan peningkatan kasus, hal ini disampaikan oleh Ibu Siti Nadia Tarmizi, selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes.
Kemenkes mencatat hingga Selasa (15/3/2022) ada 668 kasus positif COVID-19 yang disebabkan oleh paparan subvarian Omicron BA.2 ini.
Menurut Ibu Siti, kasus positif COVID-19 terbanyak disebabkan oleh subvarian Omicron BA.1 yang total sejak Januari hingga Maret mencapai 5.625 kasus.
Selain itu, terdapat juga varian Delta AY.1 yang mencatat angka paling tinggi mencapai 8.239 kasus.
Temuan itu diketahui lewat pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan pada masyarakat.
Varian Omicron dianggap sebagai ancaman dan tetap perlu diwaspadai karena bisa bermutasi lebih banyak dibandingkan dengan varian Delta.
Bahkan varian ini bisa lolos dari sistem imunitas tubuh juga menggabungkan mutasi-mutasi yang ada pada varian Omicron lainnya seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.
Lalu, seperti apa sih situasi yang terjadi di masyarakat terkait persebaran subvarian Omicron BA.2 atau Son of Omicron ini? Yuk, simak sama-sama penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini, Kids.
Baca Juga: Subvarian Omicron Siluman Disebut Berbahaya, Begini Penjelasan Ahli
Subvarian Omicron BA.2 di Indonesia