James Giordano, profesor neurologi dan biokimia di Georgetown University Medical Center, AS mengatakan brain fog yang terjadi pada penyintas COVID-19 berbeda-beda pada setiap orang.
Brain fog biasanya sembuh saat infeksi sembuh, tapi COVID-19 menyebabkan efek peradangannya bertahan lebih lama.
Dalam beberapa kasus, kabut otak pada penyintas COVID-19 bisa bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Brain fog yang dialami orang dengan COVID-19 kemungkinan akibat dari efek peradangan langsung dan tak langsung pada otak.
COVID-19 memang terbukti bisa memicu respons peradangan parah yang menyebabkan banyak kerusakan jaringan di tubuh.
Virus ini juga secara langsung menginfeksi sel di dalam dan di sekitar otak, menciptakan respons peradangan di otak itu sendiri.
Selain karena infeksi virus corona, ada juga beberapa masalah kesehatan lain yang menyebabkan brain fog.
Misalnya saja anemia, kurang tidur, pola makan enggak sehat, pengobatan tertentu, dan juga stres.
Baca Juga: Apa Itu Brain Fog atau Kabut Otak? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Brain Fog atau Kabut Otak
Mengatasi brain fog bergantung pada penyebabnya.
Misalnya, untuk penderita anemia yang sering mengalami brain fog, maka mengonsumsi suplemen zat besi bisa membantu mengatasi hal tersebut.
Pada kasus yang lebih ringan, mengatasi brain fog bisa dilakukan dengan memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi, mengganti jenis obat yang diminum, atau meningkatkan kualitas tidur.
Namun secara umum, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan dalam mengatasi brain fog, yaitu tidur teratur, mengendalikan stres, mengurangi kafein, hidup dan pola makan sehat, serta melakukan hobi.
-----
Ayo kunjungiadjar.iddan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.