Find Us On Social Media :

Filosofi Rendang, Kuliner Populer Indonesia Hasil Akulturasi Budaya

Rendang adalah kuliner Indonesia yang populer hingga mancanegara.

GridKids.id - Kids, salah satu kuliner Indonesia yang sangat populer hingga mancanegara adalah rendang.

Rendang adalah kuliner khas Minangkabau, Sumatera Barat, yang bahkan pernah menempati posisi makanan paling enak di dunia versi CNN pada 2017 lalu.

Pada 2018, rendang dimasukan sebagai national food oleh Kementerian Pariwisata RI bersama nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado.

Rendang berasal dari bahasa Minang yaitu randang yang berarti sebuah teknik memasak yang dinamai marandang.

Marandang berarti mengolah dan mengaduk masakan dalam waktu lama sampai makanan menjadi kering dan lebih awet.

Tahukah kamu bahwa rendang yang sangat populer sebagai makanan khas Indonesia ternyata berasal dari akulturasi kebudayaan dengan bangsa pendatang lain?

Dilansir dari kompas.com, Ahli Antropologi Universitas Andalas, Yevita Nurti menyebut bahwa rendang memperoleh pengaruh kebudayaan dari India yaitu kuliner kari.

Pengaruh kuliner itu dibawa oleh orang India dan Pakistan yang datang ke nusantara untuk mencari rempah-rempah.

Tak hanya rendang, banyak masakan minangkabau yang menggunakan rempah yang mirip olahan kari India. Lalu, seperti apa filosofi dari sajian rendang yang populer ini? Simak uraian lebih lanjutnya di bawah ini.

Baca Juga: Bukan dari Indonesia, Berikut Sejarah Soto yang Berasal dari Tiongkok

Filosofi rendang bagi masyarakat Minangkabau

Tak hanya jadi sajian masakan yang erat dengan budaya Minang, rendang ternyata menjadi kuliner yang mencerminkan budaya orang Minang yang dikenal suka merantau.

Rendang sering dijadikan bekal oleh masyarakat Minang yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman dan merantau di pulau seberang.

Rendang yang dibungkus dengan daun pisang dijadikan bekal perjalanan merantau karena awet dan tahan lama. Perjalanan merantau jaman dulu memerlukan waktu yang lebih lama daripada perjalanan lintas pulau saat ini.

Ketika itu orang minang akan pergi merantau menumpang kapal atau bus sehingga akan butuh waktu yang lebih lama untuk sampai ke tanah perantauan.

Proses memasak rendang yang butuh waktu sangat lama juga dimaksudkan agar rendang bisa bertahan dan awet lebih lama.

Menurut literatur sejarah yang ditulis oleh William Marsden yaitu The History of Sumatra yang terbit pada 1811, ketika itu masyarakat minang sudah menerapkan proses pengawetan daging (marandang) yang dilakukan dengan tradisional tanpa bahan kimia.

Rendang akan dimasak diatas kuali besi besar yang dimasak menggunakan tungku tradisional.

Bagi masyarakat minang, memasak rendang dimaknai dengan 3 makna sikap manusia yaitu kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan, yang akan membuat rendang jadi makanan dengan citarasa tinggi dan berkualitas.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.