Benarkah Rasa Takut Mudah Menular Selama Pandemi? Begini Penjelasannya

Potret aktivitas masyarakat di tengah pandemi yang masih berlangsung.

Potret aktivitas masyarakat di tengah pandemi yang masih berlangsung.

GridKids.id - Kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak januari 2022 terus menunjukkan peningkatan. Perkembangan terbaru pada senin (7/2/2022) kasus positif COVID-19 bertambah 26.121 kasus, dengan kasus sembuh sebanyak 8.577 kasus, dengan penambahan kasus kematian sebanyak 82 kasus.

Kondisi ini disoroti selama beberapa waktu belakangan, berbagai pihak memantau untuk terus melaporkan perkembangan kondisi pandemi di berbagai daerah.

Hal ini secara enggak langsung menimbulkan kecemasan di tengah masyarakat bahwa virus dengan persebaran yang sangat cepat masih berada di tengah-tengah masyarakat setiap harinya.

Rasa cemas dan ketakutan disebut bisa menular apalagi jika timbul di tengah kondisi yang ramai atau melibatkan banyak orang. Rasa takut yang dialami oleh satu orang bisa menular pada orang-orang lain atau kelompok yang ada di sekitarnya.

Dilansir dari kompas.com, rasa takut yang dihadapi seseorang bisa ditunjukkan oleh respon fisik yang muncul. Reaksi itu akan makin besar dan hebat jika ketika itu ada banyak orang dalam satu tempat itu.

Bahkan disebutkan juga orang yang memiliki pembawaan yang tenang bisa terbawa merasa cemas dan takut ketika ada salah satu di antara kelompok yang merasa ketakutan.

Menurut dr. Sarah Tashjian, ada banyak faktor yang memengaruhi respon tubuh pada rasa takut yang timbul karenanya.

Seseorang bisa merasa takut karena teman atau rekannya mengalami ketakutan, meskipun pengalaman melihat atau merasakan hal-hal seram tadi enggak dialaminya sendiri.

Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Apa Perbedaan Fobia dan Rasa Takut? #AkuBacaAkuTahu

Kecemasan akibat kondisi Pandemi

Dilansir dari Time, rasa takut dan cemas selama pandemi berlangsung tanpa kepastian seperti saat ini akan membuat rasa cemas dan ketakutan menular secepat penularan virusnya.

Penularan ini diibaratkan seperti kemampuan mengendus rasa takut yang dirasakan oleh binatang, kawanan, maupun mangsanya. Insting ini juga dimiliki manusia untuk mendeteksi munculnya kecemasan atau rasa takut di dekatnya.

Hal ini didukung dengan pendapat para peneliti yang menyebutkan bahwa hormon yang terkoneksi dengan rasa takut bisa terkoneksi dengan bau keringat yang menguar dari seseorang.

Kesimpulannya manusia masih bisa mencium bau ketakutan yang timbul dari orang lain.

Ada senyawa khusus yang keluar dari tubuh ketika seseorang merasa ketakutan, hal ini bisa dideteksi oleh orang yang ada di dekatnya.

Aroma khas ini akan dikirimkan ke otak yang sudah menyiapkan respon seperti emosi rasa takut yang enggak bisa terbendung.

Kemampuan ini semakin meningkat selama pandemi berlangsung, hal ini bisa digambarkan dengan rasa takut atau cemas yang muncul ketika salah satu penumpang batuk atau bersin di kendaraan umum.

Rasa takut dan cemas ini sebenarnya bisa jadi sebuah alarm alami sebagai pengingat, bahwa kita harus semakin menyadari pentingnya proteksi diri di manapun dan kapanpun selama pandemi masih terus berlangsung seperti saat ini.

Baca Juga: Mengenal Amigdala, Bagian Kecil Sistem Otak yang Merespons Rasa Takut

 

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.