Find Us On Social Media :

Macapat Jawa: Guru Lagu, Guru Gatra, dan Guru Wilangan

Macapat Jawa merupakan salah satu karya sastra yang masih dilestarikan hingga sekarang.

GridKids.id - Apakah kamu ketahui mengenai macapat Jawa, Kids?

Macapat Jawa merupakan salah satu karya sastra yang masih dilestarikan hingga sekarang.

Lirik-lirik macapat Jawa disebut dengan tembang dan digunakan orang tua untuk menidurkan anaknya.

Bahkan macapat Jawa digunakan oleh orang-orang Jawa dalam beberapa acara adat.

Biasanya macapat Jawa dinyanyikan sesuai dengan susunan acara yang sedang digelar, Kids.

Enggak semua lagu Jawa disebut dengan macapat Jawa, lo.

Pada artikel ini kita akan mempelajari mengenai pengertian macapat Jawa serta guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan.

Macapat Jawa merupakan salah satu karya sastra Jawa atau puisi tradisional Jawa.

Terdapat 11 macapat dan memiliki makna yang berbeda-beda disetiap lagunya.

Baca Juga: 10 Bahasa Daerah yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia, Ada Bahasa Daerahmu?

Macapat Jawa terdiri dari Maskumambang, Pucung, Kinanthi, Sinom, Mijil, Megatruh, Gambuh, Asmaradana, Pangkur, Durma, Dhandhanggula.

Macapat Jawa termasuk 'tembang gedhe'. Hal ini dikarenakan berkaitkan dengan puisi tradisional Jawa Kuno.

Untuk lebih lengkapnya mengenai guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan, simak uraian di bawah ini, ya.

Pengertian Guru Lagu, Guru Gatra, dan Guru Wilangan

Tembang macapat Jawa merupakan puisi berbahasa Jawa yang berisi nasihat orang tua untuk anak-anak.

Ini dikarenakan banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Apakah kamu pernah mendengar istilah guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan, Kids?

Dalam macapat Jawa terdapat tiga atauran, yaitu guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan.

Nah, ketiganya digunakan dalam macapat Jawa dan memiliki pengertian serta ciri yang berbeda.

Baca Juga: 5 Kosa Kata Bahasa Jawa yang Berasal dari Serapan Bahasa Belanda, Sudah Tahu?

Guru lagu ialah persamaan bunyi saja pada akhir kata dalam setiap baris.

Bunyi lagu pada ahir gatra (a, i, u, e, o) disebut dengan 'dong dinge swara'.

Hal ini dimaksudkan akhir suku kata setiap baris harus berupa huruf vokal, misalnya u, a, i, a.

Baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir dengan vokal a, baris ketiga dengan vokal i, dan baris keempat berakhir dengan vokal a.

Sementara guru gatra merupakan banyaknya jumlah larik atau baris dalam satu bait.

Ini dimaksudnya pada tembang macapat memiliki 4 baris atau larik.

Nah, setiap lariknya dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat.

Guru wilangan diartikan sebagai banyaknya jumlah suku kata (wanda) dalam setiap baris.

Sementara pada guru wilayangan pada tembang ,acapat dapat berupa 12, 8, 8, 8, 8.

Baca Juga: 5 Kosa Kata Bahasa Jawa yang Merupakan Serapan dari Bahasa Belanda, Pernah Tahu?

Hal ini memiliki arti bahwa baris pertama berjumlah 12 suku kata dan baris kedua berjumlah 8 suku kata, serta seterusnya, Kids.

Sekarang sudah tahu, ya, pengertian macapat Jawa dan guru lagu, guru gatra, dan guru wilayangan.

Baca Juga: Contoh Upaya Melestarikan Bahasa Daerah, Materi Kelas 4 SD Tema 7

-----

Ayo kunjungiadjar.iddan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.