Find Us On Social Media :

Sejarah Spring Roll, Kuliner Tionghoa yang Banyak Diadaptasi Negara-Negara di Asia Tenggara

Spring roll atau yang akrab dikenal sebagai lumpia adalah salah satu kuliner yang banyak digemari di Indonesia.

Perkembangan cita rasa dari sajian ini mulai makin bervariasi sejak masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 SM).

Kala itu spring roll mulai banyak digunakan sebagai persembahan untuk memuja para leluhur atau dipersiapkan sebagai bekal perjalanan untuk masyarakat Minnan yang hendak bepergian.

Pada masa itulah rempah seperti bawang-bawangan mulai banyak digunakan dan penyajiannya pun mulai dibuat untuk dinikmati panas.

Spring roll terus berkembang sebagai kuliner rakyat dari masa ke masa, sampai ketika memasuki masa Dinasti Ming (1368-1644 M) dan Dinasti Qing (1644-1911 M) spring roll dianggap sebagai makanan penolak bala atau kesialan.

Beragam Variasi Spring Roll

Di Indonesia, spring roll lebih akrab disebut sebagai lumpia. Panganan ini populer sebagai oleh-oleh khas kota Semarang.

Lumpia goreng atau lumpia basah khas semarang memiliki isian rebung dan tambahan udang atau telur, dinikmati bersama saus bawang putih, acar timun dan tunas daun bawang.

Sedangkan tren lumpia basah dari bandung merupakan sajian lumpia yang dibuat dadakan tanpa digulung, dengan isian berupa telur, tauge, dan bengkuang, yang bisa ditambah juga dengan mie instan atau kwetiau goreng yang dimasak ketika ada yang memesannya.

Baca Juga: Pilihan Kudapan Lezat, Ini Resep Spring Roll Praktis untuk Camilan Sore Hari

Sedangkan lumpia basah khas Malaysia atau Singapura disebut dengan popiah yang menurut catatan sejarah dibawa oleh orang-orang Fujian, Tiongkok datang ke tanah Melayu.

Popiah bisa disebut sebagai resep peranakan yang hingga kini banyak dijual sebagai jajanan kaki lima. Resep aslinya yang dibawa dari Tiongkok menggunakan isian daging babi.