1. Jalan Raya
Berbagai kepentingan pemerintah kolonial mendorong pembangunan jalan raya untuk sarana transportasi.
Posisi jalan raya sangat vital untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan pada masa itu membutuhkan sarana transportasi untuk mengangkut hasil perkebunan yang ada di pedalaman.
Salah satu peninggalan jalan raya yang terkenal pada masa kolonial adalah jalan raya Anyer-Panarukan (Grote Postweg) yang dibangun pada masa Daendels.
Baca Juga: Sempat Bertahan 41 Tahun, Restoran Rindu Alam Resmi di Tutup
2. Jalur Kereta Api
Pemerintah kolonial Belanda juga mewariskan jaringan jalan kereta api.
Jalur kereta api lintas Jawa dari Semarang - Tanggang sepanjang 25 km dan jalur kereta Jakarta - Bogor dibandung Nederlandsch Indische Spoorwegen Maatschappij (NIS) pada 1814.
Pada 1873 dibangun jalur kereta dari Semarang - Tanggang dilanjutkan hingga Yogyakarta.
Dan pada 1875, tepat 25 tahun NIS dibangun juga jalur kereta api lintas Surabaya- Pasuruan- Malang dengan jarak 115 km. Pada 1925, panjang rel lintas pulau Jawa mencapai 2.740 km.
Pembangunan Jalur Kereta Api juga dilakukan di pulau Sumatera untuk mendukung kegiatan perkebunan dan pertambangan.
Pada 1874, dibangun jalan kereta api di Aceh. Pada 1877, dibandung jalur kereta api di Sumatera Barat. Lalu, pada 1883 dibangun juga di jalan kereta api lintas Sumatera Timur.
Pada akhir abad 19, jalan kereta api lintas sumatera mencapai kurang lebih 3500 km.