Find Us On Social Media :

Apa Itu Fenomena La Nina? Ini Penjelasan, Proses, dan Dampaknya

Apa Itu Fenomena La Nina? Ini Penjelasan, Proses, dan Dampaknya

GridKids.id - Kids, apa kamu pernah mendengar istilah La Nina? Lalu, apa itu La Nina, bagaimana proses terjadinya, dan apa dampaknya?

La Nina adalah sebuah fenomena yang bisa punya dampak pada Indonesia.

Fenomena La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik diprediksi akan mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan curah hujan yang terjadi di Tanah Air.

Berdasar pemantauan terhadap perubahan iklim global di Samudra Pasifik hingga akhir September 2020, menunjukkan adanya perkembangan anomali iklim La Nina.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG), perkiraan dampak La Nina terjadi pada akhir 2020 sampai awal 2021.

Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki musim hujan sejak Oktober sampai November 2020.

Wilayah tersebut meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah bagian barat.

Kemudian Gorontalo, sebagian besar wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Pulau Buru bagian utara, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian tengah.

Adapun puncak musim hujan diprakirakan umumnya akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.

Inilah penjelasan lebih lengkap mengenai La Nina.

Baca Juga: Apa Itu Banjir Bandang? Ini Penjelasan, Karakteristik, dan Penyebabnya

Apa itu La Nina?

La Nina adalah fenomena yang ditandai dengan suhu yang rendah di Samudra Pasifik sekitar ekuator.

Fenomena La Nina bisa ini memengaruhi kondisi iklim dan cuaca di berbagai wilayah dunia.

La Nina merupakan dampak dari terjadinya fenomena El Nino.

El Nino merupakan fenomena yang ditandai dengan suhu yang tinggi di Samudra Pasifik sekitar ekuator.

Kalau peristiwa El Nino dikaitkan dengan pemanasan di Pasifik tropis bagian tengah dan timur, La Nina adalah kebalikannya.

Dengan begitu, yang terjadi pada fenomena La Nina adalah pendinginan yang enggak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat celcius di area yang sama dengan El Nino.

La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar antara dua sampai tujuh tahun.

Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu dua bulan atau lebih.

Perubahan di Samudera Pasifik dan atmosfer yang ada di atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan sebutan ENSO (El Nino – Southern Oscillation).

Saat itu, atmosfer dan lautan saling berinteraksi, memperkuat satu sama lain, dan menciptakan putaran yang saling mengamplifikasi (memperkuat) perubahan kecil di lautan.

Kalau kopel (couple) antara lautan dan atmosfer sudah sepenuhnya terjadi maka ENSO dikatakan sudah terbentuk.

Baca Juga: Catat Tanggalnya! Ini Berbagai Fenomena Langit November 2020 yang Sayang Dilewatkan, Banyak Asteroid Mendekat ke Bumi

Proses Terjadinya La Nina

 

Mekanisme terbentuknya La Nina berawal saat Angin Passat (trade wind), kolam air laut yang hangat bisa mencapai lebih jauh ke Pasifik barat, termasuk.

Sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.

Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur.

Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling.

Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat.

Baca Juga: Hujan Lebat Akibatkan Banjir di Bogor dan Sukabumi, Ternyata Dipicu 3 Faktor Ini

Dampak La Nina

Dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau iklim di Indonesia yaitu timbulnya peningkatan curah hujan.

Namun, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda maka dampak La Nina di Indonesia pun enggak selalu sama di seluruh wilayah.

Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-kejadian sebelumnya, dampak La Nina berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

Beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Di antaranya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

Baca Juga: Sudah Mulai Sering Hujan, Apakah Sekarang Sudah Memasuki Musim Penghujan? Ini Penjelasan BMKG

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id.