Bukan Pengganti Tes Laboratorium
Para peneliti di MIT juga menegaskan, aplikasi smartphone semacam itu, nantinya bukan sebagai pengganti tes laboratorium, melainkan sebagai salah satu pelengkap.
Nantinya, orang cuma perlu batuk-batuk atau bercakap biasa pada smartphone, dan app cerdas akan melakukan diagnosanya.
Mereka menyarankan, metodenya mungkin bisa diterapkan tiap hari pada mahasiwa, pelajar, pegawai dan buruh, untuk melacak batuk yang mencurigakan sebagai alat uji coba.
Kalau app memberikan tanda peringatan, yang bersangkutan bisa melakukan tes laboratorium, untuk membuktikan apakah aplikasi smartphone itu akurat atau enggak.
Para peneliti juga menarik kesimpulan, teknologi kecerdasan buatan itu gratis, enggak invasif, setiap saat siap digunakan dan dengan hasil instan akan menjadi alat bantu yang bisa dipakai secara luas, untuk melacak kasus COVID-19 asimptomatik.
Teknologi sekaligus bisa jadi alat bantu tambahan dalam tindakan yang ada untuk meredam pandemi.
(Penulis: Gloria Setyvani Putri)
Baca Juga: Survei Buktikan Hampir Semua Pasien Positif COVID-19 Rasakan 1 dari 3 Gejala Ini, Apa Saja?
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id.