GridKids.id - Virus corona penyebab penyakit COVID-19 pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 lalu.
Kemudian, wabah tersebut menjadi pandemi yang masih melanda dunia hingga saat ini.
Beberapa negara sudah bisa mengendalikan kasus, tapi enggak sedikit pula negara yang masih terus mengalami peningkatan kasus setiap harinya, Kids.
Baca Juga: Apa Itu Vaksin? Berikut Ini Penjelasan dan Perbedaannya dengan Obat
Saat ini, vaksin atau obat yang menjadi tumpuan harapan banyak orang untuk mengatasi infeksi virus corona masih dalam tahap pengembangan.
Lalu, apakah ketika vaksin atau obat siap dan mulai digunakan, pandemi COVID-19 ini akan berakhir?
Apakah pandemi bisa segera usai dan aktivitas bisa kembali pulih seperti sedia kala?
Vaksin Bukan Solusi Satu-satunya
Pakar epidemiologi dari Griffith University, Bapak Dicky Budiman mengatakan andai vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan akhirnya tersedia, rupanya pandemi belum akan berakhir dalam sekejap.
Menurut Bapak Dicky, vaksin bukan solusi satu-satunya, Kids. Untuk mengatasi pandemi COVID-19 ini, berbagai upaya lain juga harus ikut menopang.
Bapak Dicky mengatakan, vaksin juga harus dikombinasikan dengan strategi lain seperti testing, tracing, isolasi, karantina, dan physical-social distancing.
Baca Juga: Jadi Angin Segar, Ini 3 Kandidat Vaksin yang Disebut Bakal Tersedia di Indonesia Bulan Depan
Mengapa begitu, ya? Soalnya menurut Bapak Dicky, vaksin COVID-19 yang diprediksi akan hadir pada kuartal pertama 2021 memiliki standar evikasi minimal 50 persen.
Jadi, setelah semua divaksin, bukan berarti lantas bebas, Kids.
Oleh karena evikasi yang diestimasi enggak terlalu tinggi, maka efektivitas vaksin membutuhkan kombinasi 3T, yakni testing, tracing, treatment serta 3M atau memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Nah, proses tersebut membutuhkan waktu. O iya, proses vaksinasi juga enggak hanya cukup dilakukan sekali, lo.
Pembentukan kekebalan massal atau herd immunity pun juga membutuhkan waktu.
Lalu, kapan kondisi akan kembali normal seperti sedia kala?
Baca Juga: Apa Itu Herd Immunity Terkait Virus Corona? Ini Penjelasannya
Terkait hal ini, Bapak Dicky enggak bisa memastikan karena banyak faktor yang bisa berpengaruh, Kids.
"Vaksin butuh waktu lama enggak cuma sekali, nunggu muncul herd immunity, butuh kekompakan dan sinergi semua pihak. Kalau semua itu terjadi, sampai angka kasus aktif kecil, nihil kematian dan positifity rate rendah, ya berarti mulai bisa normal," kata Bapak Dicky sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Kondisi di Australia
Bapak Dicky mencontohkan kondisi yang terjadi di Australia. Di sana saat ini masyarakat sudah bisa beraktivitas di luar rumah tanpa harus memakai masker.
Bukan karena melanggar, Kids. Namun, di sana memang enggak lagi diwajibkan menggunakan masker.
Di tempat Bapak Dicky tinggal, yakni Brisbanne, aktivitas berjalan relatif normal.
Mal dan restoran buka dengan pengetatan, tapi untuk bioskop indoor belum buka sementara yang buka adalah bioskop outdoor.
Baca Juga: Sudah Infeksi Jutaan Orang di Dunia, 11 Negara Ini Ternyata Masih Bebas COVID-19
Namun begitu, praktik jaga jarak masih diterapkan dan pengetatan pun masih diberlakukan di sana, Kids.
Mengapa di Australia bisa longgar, ya? Hal itu dikarenakan rendahnya kasus aktif, nihil kasus kematian dalam dua minggu berturut-turut, dan positivity rate yang baik.
Bisa Juga Terjadi di Indonesia
Bapak Dicky mengeklaim bahwa jumlah tes yang dilakukan di Australia sudah cukup baik.
Menurutnya, untuk bisa beraktivitas kembali dengan relatif normal, enggak harus nihil kasus infeksi, Kids.
"Tidak mesti nol kasus itu, tapi tidak ada lonjakan yang banyak, dan terutama semua klaster teridentifikasi dan tuntas," ungkap Bapak Dicky.
Nah, yang terjadi di Australia ini menurutnya juga bisa terjadi di Indonesia, lo.
Yap! Hal itu bisa terjadi asal kasus mulai bisa terkendali sehingga aktivitas bisa kembali normal secara perlahan.
Namun, tentunya hal itu dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak dan sinergi berbagai kalangan, Kids.
Baca Juga: Apa Itu Komorbid? Istilah yang Banyak Disebut di Masa Pandemi COVID-19
Enggak bisa hanya satu daerah saja, tapi seluruh daerah harus melakukan strategi 3T dan 3M secara setara.
O iya, Bapak Dicky juga menyebut Indonesia sebenarnya sudah punya cukup kemampuan untuk mengatasi wabah semacam ini, lo.
"Indonesia ini punya pengalaman banyak dalam melewati epidemi dan mengendalikan epidemi, pandemi, di beberapa pandemi yang terjadi sebelumnya. Artinya kemampuan itu ada, tinggal di sini adalah kemauan," ungkap Bapak Dicky.
Bapak Dicky juga menambahkan, "Kemauan secara politik, hubungan kolaborasi, pemerintah, masyarakat, semua sektor. Ini yang harus dilakukan."
Sulit untuk Diprediksi
Masih dilansir dari Kompas.com, beberapa waktu lalu pakar epidemiologi Unair, Dr Windhu Purnomo mengatakan bahwa virus corona di Indonesia masih sulit diprediksi kapan akan berakhir.
Soalnya, data selalu berubah setiap waktu yang salah satunya dikarenakan kebijakan yang enggak konsisten.
Menurut Bapak Windhu, kalau kebijakannya longgar makan banyak masyarakat yang enggak disiplin sehingga kasus pun kembali naik.
Nah, kalau kebijakan yang diambil ketat, maka masyarakat bisa disiplin dan kasus infeksi pun akan turun.
Baca Juga: Pakar Psikologi Ungkap Kunci Kesembuhan Pasien COVID-19, Ternyata Berangkat dari Hal Sederhana
"Prediksi itu kan mesti pake asumsi-asumsi, asumsinya kalau keadaannya seperti ini, nanti puncaknya akan kapan, dan turunnya kapan. Tapi kalau datanya berubah, ya harus diulang lagi," ungkap Bapak Windhu
Nah itulah penjelasan dari pakar epidomologi, Kids. Tetap waspada dan terapkan 3M, ya.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id