Find Us On Social Media :

Setelah Sembuh dari COVID-19, Ternyata Beberapa Gejala Ini Masih Dirasakan, Apa Saja?

Setelah Sembuh dari COVID-19, Ternyata Beberapa Gejala Ini Masih Dirasakan, Apa Saja?

GridKids.id - Pandemi virus corona COVID-19 masih berlangsung di berbagai negara, Kids. Bahkan, angka kasus terus naik.

Karena merupakan virus corona jenis baru, maka masih banyak hal yang enggak kita ketahui secara pasti mengenai penyakit ini.

Bukan cuma gejala yang terus bertambah, tapi juga gejala apa saja yang masih bisa dialami seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19.

Ribuan orang yang pernah terinfeksi COVID-19 melaporkan masih mengalami gejala, bahkan setelah mereka dinyatakan sembuh.

Gejala yang dialami bervariasi, mulai dari demam, kabut otak, kehilangan memori, mimisan, sesak napas, kehilangan pengelihatan, dan lainnya.

Melansir Kompas.com, Business Insider berbicara pada 80 orang yang punya gejala menetap tersebut.

Sementara kasus COVID-19 terus bertambah di banyak negara, jumlah pasien sembuh yang mengalami gejala menetap seperti mereka akan bertambah.

Elisa McCafferty, seorang pekerja asal Reading, Inggris, mengatakan kalau beberapa orang beruntung karena bisa pulih dalam beberapa pekan setelah dinyatakan positif.

Namun, enggak semua seberuntung mereka. Ada juga beberapa yang butuh waktu lama untuk pulih, seperti Elisa sendiri.

Baca Juga: Gejala Virus Corona yang Umum Terjadi pada Anak dan Dampaknya

Cerita lainnya disampaikan oleh warga San Antonio, Amerika Serikat, Hector Martinez (33).

Sebelum terinfeksi COVID-19, ia mengaku enggak punya masalah kesehatan mental, tapi sekarang ia merasakan kecemasan dan depresi.

Empat bulan setelah merasakan gejala pertama, ia masih merasa sakit, selalu merasa kelelahan dan mengalami kabut otak.

Martinez adalah seorang tukang listrik. Namun, sat ia kembali bekerja pada Juli lalu, anehnya ia enggak mampu mengingat bagaimana cara memasang sakelar lampu.

Rasanya seperti baru pertama kali melakukannya.

Hal itu sampai membuatnya menangis di perjalanan pulang dan berpikir kenapa hal ini bisa terjadi.

Sekarang, ia cuma bisa bekerja beberapa hari dalam satu waktu dan merasa cemas tentang masa depannya.

Kurang Diperhatikan

Meskipun gejala akibat virus korona yang menetap ini masih belum jadi perhatian serius, tapi paling enggak beberapa dokter menyadari hal itu.

Ahli saraf Svetlana Blitshteyn, misalnya, mengatakan pernah merawat beberapa pasien dengan kasus seperti Martinez.

Baca Juga: Ciri-Ciri Tubuh Terkena Covid-19 Berserta Gejala dan Cara Mencegahnya

Beberapa pasien datang ke kliniknya dengan gejala baru seperti kelelahan, pusing, kesulitan berdiri, jantung berdebar, sesak napas, sampai enggak mampu berolahraga seperti sebelumnya.

Mereka juga mengalami sakit kepala, mati rasa, gangguan tidur, masalah kognitif, dan masalah suasana hati.

Sementara ahli jantung Saiya Khan mengatakan, pasien dengan gejala kelelahan adalah salah satu gejala pasca-COVID yang sering ditemui pada pasiennya.

Pasien merasa lelah luar biasa beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelahnya.

Sebuah studi tentang gejala virus corona yang menetap menemukan kalau pada 87 persen pasien, paling enggak mereka mengalami satu gejala menetap.

Masa Pemulihan

Pada awal pandemi, otoritas kesehatan mengatakan kalau pemulihan COVID-19 biasanya membutuhkan waktu sekitar dua minggu dan orang tua lebih berisiko tinggi.

Namun pada Juli, jelas kalau 20 persen dewasa muda tanpa penyakit penyerta tetap menderita gejala, bahkan sampai tiga minggu setelah dites positif.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sekarang menyadari kalau COVID-19 bisa menyebabkan penyakit berkepanjangan.

Elissa Miolene (27), warga New York City yang pernah terinfeksi COVID-19, juga merasakannya.

Ini sudah lebih dari 115 hari setelah ia dites positif, namun Elissa masih merasakan gejala-gejala yang sama.

Elissa dulunya adalah perempuan 20 tahunan yang aktif dan sehat. Namun sekarang, ia harus mengandalkan terapi fisik virtual untuk mengatasi nyeri punggung dan dada yang dirasakannnya.

Sementara itu, warga asal Boise, Idaho, Amerika Serikat, Stephen Smith (64) adalah salah seorang pasien yang memiliki gejala bertahan paling aneh.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Gejala Ringan Virus Corona, Apa Itu Malaise?

Ia terkena infeksi COVID-19 pada Februari lalu setelah perjalanan dinas ke Asia.

Kemudian ia merasakan demam, infeksi usus, kerontokan rambut, jempol kaki membengkak, dan sakit kepala.

Tujuh bulan kemudian, ia masih merasakan sakit.

Lebih dari lima bulan setelah terinfeksi dalam sebuah kapal pesiar, warga lainnya, McCafferty (48), juga masih merasakan gejala sesak napas dan sangat mudah kelelahan.

Ia mengaku kesulitan naik tangga untuk pergi ke toilet tanpa kehabisan napas.

Hari-hari yang sangat buruk baginya adalah saat ia merasa sangat tidak memiliki energi.

McCafferty mengaku bisa tidur selama sembilan sampai 10 jam pada malam hari, tapi tulangnya masih terasa lelah ketika bangun. Bahkan, ia juga bisa jatuh pingsan.

Ketidakpastian ini sekarang menghantui ribuan orang yang bertanya-tanya apakah mereka sekarang punya kondisi kronis.

Mereka juga sering bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengenai apa yang akan mereka lakukan dalam hidup dalam kondisi seperti itu.

"Jadi, setiap aku pergi tidur, aku selalu berdoa kepada Tuhan agar keesokan harinya kondisi menjadi lebih baik," kata Martinez.

(Penulis: Nabilla Tashandra)

Baca Juga: Hilang Indera Penciuman Karena Virus Corona, Lakukan Hal Ini untuk Mengembalikannya

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan  komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids  dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id.