Find Us On Social Media :

Tepat 15 Tahun Menjelajah Tanah Air, National Geographic Indonesia Kampanyekan #SayaPejalanBijak

Peluncuran #SayaPejalanBijak yang menandai perayaan 15 Tahun National Geographic Indonesia, 28 Maret 2020.

GridKids.id - Siapa, nih, yang sering membaca majalah National Geographic Indonesia?

Atau malah kamu adalah salah satu penggemar berat majalah kotak kuning ini?

Waktu berlalu, enggak terasa di tahun ini perjalanan majalah National Geographic Indonesia sudah menginjak 15 tahun, lo.

Sebagai penanda perjalanan 15 tahun menginspirasi Indonesia, National Geographic Indonesia meluncurkan #SayaPejalanBijak.

Baca Juga: Sungai Citumang Pangandaran, Destinasi Berpetualang Seru untuk Liburan

#SayaPejalanBijak merupakan sebuah kampanye yang mengajak kita semua supaya bisa menjadi penjelajah yang lebih baik lagi, Kids.

Kamu penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang #SayaPejalanBijak?

Yuk, kita simak terlebih dahulu kisah perjalanan National Geographic Indonesia selengkapnya!

National Geographic Indonesia Edisi Pertama

 Sampul perdana majalah National Geographic edisi bahasa Indonesia diluncurkan pada 28 Maret 2005, Kids.

Sampul tersebut terbit untuk National Geographic Indonesia edisi bulan April 2005.

Di edisi pertama tersebut, sampulnya bercerita tentang penemuan fosil manusia katai (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores.

Ada yang istimewa, Kids. Raut wajah manusia katai tersebut direkonstruksi oleh John Gurche, seniman asal Amerika yang pernah menjadi konsultan Jurassic Park, lo.

Menariknya lagi, cerita sampul tersebut juga mengungkap temuan para arkeolog yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan ketika itu.

Nah, selama 15 tahun ini, National Geographic Indonesia menyingkap keanekaragaman Nusantara melalui berbagai misi penjelajahan, Kids.

Baca Juga: Bukti Laut Kita Tercermar, Masih Mau Buang Sampah Sembarangan?

Mulai dari kekayaan flora dan fauna, ragam sejarah danbudaya, kisah-kisah manusia, dan banyak lagi ainnya.

National Geographic Indonesia meyakini bahwa kekuatan sains, penjelajahan, dan cara bercerita bisa mengubah dunia.

Bapak Didi Kaspi Kasim selaku Editor in Chief National Geographic Indonesia mengungkapkan bahwa National Geographic Indonesia optimis untuk turut serta sebagai pengendali sosial bagi permasalahan bumi, khususnya berbagai persoalan di Indonesia.

National Geographic Indonesia juga meyakini bahwa alam enggak akan mengingkari perilaku manusia, Kids.

Maka dari itu, National Geographic Indonesia membuat kampanye #SayaPejalanBijak yang baru saja diluncurkan ini.

Kampanye #SayaPejalanBijak

Demi ilmu pengetahuan, National Geographic Indonesia akan terus menjelajah dan menelusuri keberagaman Nusantara, Kids.

Soalnya, bagi National Geographic Indonesia, perjalanan bukanlah sekadar melihat kehidupan di lokasi baru.

Namun, juga mesti mengambil makna dari kisah hidup dengan cara pandang yang baru.

Perjalanan merupakan sebuah proses pembelajaran, proses pendewasaan diri, serta proses mencari sesuatu.

Orang yang disebut sebagai pejalan, enggak akan hanya yang menjelajah suatu tempat dengan berjalan kaki saja, Kids.

Baca Juga: Serunya Liburan di Gunung Bromo, Mulai dari Lihat Kawah sampai Berkuda

Akan tetapi, mereka juga akan menjelajah dengan berbagai alat transportasi, bisa sendiri dan bisa juga dengan satu kelompok atau komunitas.

Nah, #SayaPejalanBijak adalah kampanye National Geographic Indonesia untuk mengajak para pejalan supaya lebih berempati pada lingkungan dan kehidupan setempat.

Kampanye itu adalah sebuah seruan dan ajakan untuk berkelana, mengedepankan etika selama perjalanan, dan membuat cerita untuk kebaikan sesama, Kids.

Diharapkan, adanya kampanye #SayaPejalanBijak bisa meningkatkan kesadaran tentang perjalanan yang bertanggung jawab.

Selain itu, perjalanan juga diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik lagi.

Pada intinya, kampanye #SayaPejalanBijak ini mengajak kita semua untuk bertanggungjawab sebagai pejalan ketika dalam perjalanan, Kids.

Sebagai contoh, tatkala berada di transportasi umum, kita bisa mendahulukan penumpang prioritas untuk mendapatkan tempat duduk terlebih dahulu.

Saat sudah sampai di suatu tempat yang menjadi tujuan, meski ingin tahu banyak hal, kita jangan sampai merusak alam, ya.

Selain itu, hal sederhana seperti memotret juga mesti kita perhatikan, Kids.

Ada etika sebelum kita memotret, yakni sebaiknya kita meminta izin atau bertanya lebih dulu tentang yang akan kita potret, misalnya adalah tempat yang dianggap suci oleh penduduk setempat.

Kampanye #SayaPejalanBijak ini juga menyerukan imbauan bagi para pejalan untuk mengurangi dampak buruk bagi bumi.

Aksi yang bisa dilakukan misalnya adalah dengan membeli barang dari pedagang lokal dan membantu melindungi kehidupan di alam liar.

Dengan begitu, kita akan menjadi pejalan yang bertanggung jawab dan meninggalkan pengaruh baik saat pulang ke rumah, Kids.

Baca Juga: Antartika Capai Rekor Baru Tentang Kenaikan Suhu, Bumi Makin Panas?

3 Pilar Kampanye #SayaPejalanBijak

1. Menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang.

2. Melindungi warisan budaya dan alam, memulihkan bangunan bersejarah atau menyelamatkan spesies yang terancam punah.

3. Memberikan manfaat sosial-ekonomi setempat, menegakkan hak-hak masyarakat adat, dan mendukung bentuk pendapatan yang adil.

Enggak hanya menjelajah dan menjadi pejalan yang mempunyai etika, National Geographic Indonesia juga mengajak kita untuk bercerita, Kids.

Nah, apakah kamu suka menjelajah dan juga menceritakan berbagai kisah inspiratif di perjalananmu?

Ingat selalu pesan kampanye #SayaPejalanBijak dan enggak perlu ragu untuk membagikan kisah perjalananmu demi bumi yang lebih baik lagi.

Jadilah penjelajah yang baik karena #SayaPejalanBijak, Kids!