Find Us On Social Media :

Bikin Heboh Dunia, Para Peneliti Sebut Virus Corona Justru Jarang Sebabkan Efek Berat, Benarkah Bisa Sembuh Sendiri?

Wabah virus corona (ilustrasi)

GridKids.id - Virus corona sudah masuk ke Indonesia, Kids.

Meskipun begitu, jangan terlalu panik, ya!

Menurut penelitian di China, lebih dari 80 persen kasus virus corona covid-19 yang terkonfirmasi enggak menyebabkan efek berat.

Namun, gejala yang ringan juga membuat epidemi virus ini sulit dibendung.

Wabah Covid-19 memang menebar teror di seluruh dunia. Hampir 82.000 kasus dilaporkan dan 3.000 orang meninggal dunia.

Walaupun begitu, para ilmuwan dan otoritas kesehatan memastikan satu hal: walau virusnya bisa mematikan, tetapi mayoritas orang yang terinfeksi sejauh ini cuma mengalami gejala yang ringan dan bisa sembuh total.

Hal itu penting untuk dipahami agar mencegah kepanikan global yang enggak perlu dan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kemungkinan penularan.

“Mayoritas orang sekarang panik, dan sebagian besar malah meningkatkan risiko,” kata pakar virology dari Universitas Hongkong, Dr. Jin Dongyan seperti dikutip New York Times.

Dari 44.672 kasus corona yang dikonfirmasi di China menyebutkan, hampir 81 persen kasus bersifat ringan.

Demikian menurut studi yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

Baca Juga: Antisipasi Virus Corona di Surabaya, Risma Lakukan 4 Cara Ini

Ringan dan Kritis

Kasus Covid-19 dianggap ringan kalau enggak melibatkan pneumonia, penyakit infeksi pada paru, atau ada komplikasi pneumonia ringan.

Ada dua kategori kasus, Kids, yaitu berat dan kritis.

Kasus yang berat punya gejala sesak napas, saturasi oksigen darah rendah, atau gangguan paru.

Sementara itu, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, atau disfungsi organ.

Sejauh ini di China kasus yang tergolong berat kurang dari 14 persen, dan kritis kurang dari 5 persen.

Secara umum angka kematian akibat virus ini di China 2,3 persen.

Namun, angka itu paling tinggi ada di Provinsi Hubei, yaitu 2,9 persen, dibandingkan dengan 0,4 persen di seluruh wilayah China.

Sebagai perbandingan, angka kematian akibat flu musiman sekitar 0,1 persen.

Gejala yang ringan ternyata punya sisi negatif karena membuat para ilmuwan lebih sulit untuk mengenali dan pasien enggak berobat ke dokter.

Selain itu, seseorang bisa saja terinfeksi tetapi enggak menimbulkan gejala apa pun.Menurut Dr. Jin, orang yang mengalami gejala corona ringan secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa atau salesma.

“Gejalanya bisa sangat ringan, seperti nyeri tenggorokan. Lalu setelah satu dua hari sembuh. Bahkan pada pasien yang ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan, seperti flu,” ujarnya.

Baca Juga: Orang Indonesia Positif Virus Corona, Lakukan Hal ini Untuk Mencegahnya

Enggak Boleh Disepelekan

Dalam penelitian di China, beberapa kasus corona yang ringan juga menyebabkan pneumonia.

Gejalanya termasuk rasa lelah dan demam tapi enggak tinggi.Menurut studi terhadap 99 pasien positif corona di Wuhan ditemukan, mayoritas pasien ke dokter karena mengalami demam dan batuk. Beberapa mengeluh sesak napas atau nyeri otot.

Memang, Covid-19 tetap enggak boleh diremehkan, Kids. Hal ini karena pada kasus yang kritis bisa menyebabkan kematian.

Walau begitu, pada infeksi yang ringan, virusnya akan “sembuh sendiri”.

“Gejalanya akan hilang sendiri, sama seperti flu atau salesma,” kata Dr.Jin.

Hal tersebut juga berarti bisa saja orang yang sebenarnya terinfeksi corona masih beraktivitas seperti biasa; bepergian, melakukan kontak dekat dengan orang lain, dan menyebarkan virusnya tanpa ada yang tahu.

Dari fenomena tersebut para ahli memperkirakan akan ada dua kemungkinan dari wabah Covid-19 ini, yaitu lama-lama akan enggak menular lagi atau virusnya mati, sama seperti SARS.

Alternatif lain, Covid-19 ini akan hidup bersama manusia, kadang hilang dan timbul sesuai musim, sama seperti influenza.

“Dalam situasi tersebut, orang harus belajar untuk hidup bersama virusnya dan terkadang akan menimbulkan gejala, tetapi lama-kelamaan virusnya akan kehilangan bahayanya.

Seiring waktu para ilmuwan juga bisa mengembangkan vaksinnya,” katanya.

(Penulis: Lusia Kus Anna)

Baca Juga: Mulai Diserbu Gara-gara Virus Corona yang Merebak, Benarkah Hand Sanitizer Ampuh Basmi Kuman di Tangan?