Hal yang memunculkan keraguan tentang keberadaan Atlantis di dunia nyata adalah enggak ada lagi catatan lain yang ditemukan terkait kota Atlantis ini.
Dilansir dari laman kompas.com, keberadaan Atlantis bisa jadi wujud dari kisah-kisah penuh nilai moral yang dibuat oleh Plato.
Kamu tentu tahu bahwa para filsuf Yunani dikenal akan kebijakan dan pemikirannya yang jauh melampaui zamannya.
Jika Atlantis hanya ditulis oleh Plato, maka bisakah itu membuktikan kalau Atlantis benar pernah ada di dunia ini?
Lalu, bagaimana bisa cerita tentang Atlantis bisa berkembang luas dan dipercaya sampai saat ini, ya?
Dari Mana Mitos Atlantis Mulai Meluas?
Menurut Mark Adams dalam bukunya yang berjudu 'Meet Me In Atlantis: Across Three Continents in Search of Legendary Lost City' meluasnya legenda Atlantis dimulai Ignatius Donnelly dari Minnesota, Amerika Serikat.
Ignatius adalah anggota Kongres dan sejarawan amatir yang menulis buku berjudul Antediluevian World di 1882.
Dalam buku itu, Ignatius berpendapat kalau kemajuan besar dalam peradaban dan teknologi manusia sumbernya dari sebuah peradaban hilang yang disebut oleh Plato yaitu Atlantis.
Ignatius memperkenalkan konsep difusionisme atau gagasan kalau semua budaya besar sebenarnya berasal dari satu sumber, Kids.
Meski bukti yang ada termuat dalam teks fiksi, banyak orang sejak lama meyakini kalau Atlantis benar-benar ada.
Banyak yang membuat teori dan mengumpulkan fakta tentang di mana lokasi Atlantis yang dijelaskan dan digambarkan oleh Plato.
Bahkan ada satu teori Atlantis yang banyak diyakini orang-orang, bahwa letaknya ada di laut di mana Indonesia kini berada. Menakjubkan, ya?
Pertanyaan: |
Sebutkan dua dialog Plato yang jadi cikal bakal kisah Atlantis yang melegenda! |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar