Kelompok lainnya juga ditanyakan pertanyaan yang sama, tapi kali ini metafora tangga diganti dengan skala.
Penelitian tersebut ditemukan bahwa metafora tangga membuat orang lebih memikirkan kekuasaan dan kekayaan dibandingkan dengan keluarga, teman, dan kesehatan mental.
Saat metafora dihilangkan, orang-orang masih berpikir tentang uang, namun lebih dala, keamanan finansial daripada kaya atau kelas atas.
Di kelompok ketiga, orang-orang mengartikan metafora tangga dengan deskripsi atas dan bawah dalam pertanyaan tersebut dihilangkan.
Di kelompok independen keempat dan kelima, selain perubahan tersebut, frasa kehidupan terbaik masing-masing diganti dengan kehidupan paling bahagia dan kehidupan paling harmonis.
Orang dalam kelompok kebahagiaan dan harmoni kurang memikirkan tentang kekuasaan dan kekayaan, melainkan memikirkan kesejahteraan seperti hubungan, keseimbangan kehidupan kerja, dan kesehatan mental.
Hasil dari penelitian
Temuan hasil dari penelitian ini menimbulkan pertanyaan tentang jenis kebahagiaan apa yang ingin diukur.
Gagasan tentang kebahagiaan tak dapat ditentukan oleh seorang peneliti. Hal inilah yang menyebabkan peneliti harus bertanya pada masyarakat tentang konsep kebahagiaan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketika seseorang mendefinisikan kebahagiaan, mereka hanya menyebutkan sedikit kekayaan dan status saja.
Pengaruh uang ternyata lebih lemah bila dibandingkan dengan faktor kebahagiaan lainnya, seperti hubungan sosial yang berkualitas.
Baca Juga: 15 Fakta Menarik Negara Finlandia, Negara Paling Bahagia dengan Pendidikan Terbaik
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Heni Widiastuti |
Komentar