Namun sebaliknya, mereka mungkin saja kehilangan jejak ke arah mana mereka terbang.
Cahaya buatan dapat mengacaukan kemampuan serangga untuk mengarahkan diri mereka, mengacaukan arah naik dan turun, serta menyebabkan mereka berputar-putar dengan bingung.
Penelitian ini pun berhasil memberikan pandangan baru tentang alasan serangga tertarik pada cahaya buatan.
"Saya sangat senang ketika membaca makalan ini, karena untuk pertama kalinya makalah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap fenomena yang sudah lama menjadi teka-teki ilmu pengetahun," kata Florian Altermatt, ahli ekologi di Universitas Zurich, yang tak terlibat dalam penelitian ini.
"Dari sudut pandang ilmiah, menarik untuk melihat bahwa penjelasan ini sebenarnya cukup sederhana, berbeda dengan teori sebelumnya yang lebih rumit," katanya lagi.
Selain itu, ahli entomologi di Universitas Harvard, Avalon Owens juga setuju bahwa ini merupakan pengamatan baru pada fenomena yang mungkin sudah diamati oleh manusia selama ribuan tahun.
“Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi kamera berkecepatan tinggi, studi telah menemukan sesuatu yang sama sekali belum terdeskripsikan dan sejujurnya tidak terduga,” ungkapnya.
Lalu, dalam peneliian tersebut ia juga ingin melihat peneliti lain untuk menyelidiki seberapa umumnya perilaku tersebut di antara serangga lain.
Lalu, apa dampaknya bila serangga terbang di dekat cahaya?
Terbang di sekitar cahaya menurut peneliti sebenarnya tak menimbulkan konsekuensi mematikan bagi serangga.
Cahaya buatan ini dapat mengalihkan perhatian serangga dari tujuannya seperti makan, kawin, dan bereproduksi.
Baca Juga: Bagaimana Laba-laba Menghasilkan Jaring dari Tubuhnya? #AkuBacaAkuTahu
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Heni Widiastuti |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar