Usai ditangkap di Magelang, Pangeran Diponegoro sempat diasingkan di Gedung Karesidenan Semarang yang berada di Ungaran, sebelum dibawa ke Batavia pada 5 April 1830 dengan menggunakan kapal Pollux.
Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada 11 April 1830 dan ditawan di stadhuis (Gedung Museum Fatahillah).
Dari Batavia, Pangeran Diponegoro kemudian dipindahkan ke Manado pada 30 April 1830 dan tiba pada 3 Mei 1830 untuk kemudian ditawan di Benteng Nieuw Amsterdam.
Pada 1834, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar dan terus diasingkan hingga wafat di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Akhir perang membawa perubahan signifikan dalam pemerintahan dan administrasi kolonial di Jawa.
Kesultanan Yogyakarta kehilangan sebagian besar wilayahnya, dan pemerintahan kolonial Belanda mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Selain itu, perang ini juga meninggalkan dampak sosial dan ekonomi yang mendalam di Jawa, termasuk kehancuran ekonomi dan perubahan struktur sosial.
Perang Diponegoro dianggap sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang mencerminkan perlawanan terhadap penjajahan dan keinginan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan lokal.
Pangeran Diponegoro dianggap sebagai pahlawan nasional di Indonesia, dan perang ini masih menjadi bagian integral dari narasi sejarah nasional.
Dampak Perang Diponegoro
Perang Diponegoro terjadi selama lima tahun dan menimbulkan dampak yang sangat besar.
Baca Juga: Membuat Pertanyaan dan Jawaban dari Teks Pangeran Diponegoro, Kelas 4 SD Tema 5
Source | : | kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Corry Samosir |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar