GridKids.id - Kids, kali ini GridKids akan mengajakmu belajar tentang teori lempeng tektonik.
Teori lempeng tektonik membahas tentang pergerakan benua yang membentuk pegunungan, peristiwa gempa Bumi, hingga aktivitas vulkanik yang terus terjadi di daerah yang ada gunung berapi di sana.
Lempeng berada di bagian penyusun materi bumi paling atas yang ketebalannya bisa mencapai 100 km.
Gerak tektonik adalah proses pergerakan di kerak bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, hingga patahan yang memengaruhi tinggi rendahnya permukaan Bumi yang berbeda satu dan lainnya.
Lempeng tektonik berkaitan erat dengan lapisan litosfer Bumi yang terdiri dari kerak dan mantel Bumi yang padat dan kaku.
Litosfer Bumi juga mengalami proses pembentukan sampai menjadi lempeng-lempeng tektonik yang ada di muka Bumi.
Pergerakan lempeng tektonik bisa memengaruhi permukaan Bumi yang bentuknya jadi lebih dinamis, Kids.
Nah, lempeng tektonik memiliki beberapa teori besar menurut ilmu geologi, yang menjelaskan tentang interaksi-interaksi dari lempeng-lempeng itu.
Awalnya teori lempeng tektonik pertama kali muncul untuk menjelaskan fenomena pergerakan benua.
Dulunya benua adalah satu kesatuan yang dikenal dengan supercontinent atau benua super besar yang bernama Pangea.
Pangea yang sangat besar lalu terbagi jadi dua, yaitu Gondwana dan Laurasia.
Baca Juga: Pangea Ultima, Penyatuan Benua Bumi yang Diprediksi Jadi Era Kepunahan Mamalia
Bukti-Bukti Keberadaan Pangea
1. Bentuk Garis Pantai
Garis pantai yang sama dan cocok ini ditemukan pada benua Amerika Selatan dan benua Afrika Barat.
Dua benua ini berhimpitan satu sama lain jika melihat bentuk garis pantainya.
Ada dugaan bahwa dulunya dua benuanya adalah satu kesatuan sehingga mulailah dicocokkan semua garis pantai yang ada di benua-benua di dunia.
2. Persebaran Fosil
Temuan fosil yang sama ada di beberapa benua yang kini terpisah.
Meski terpisah lautan, ada fakta temuan fosil-fosil yang sama di dua tempat berbeda.
Jika membayangkan keterbatasan pada masa silam ketika transportasi yang memadai hampir enggak ada untuk memudahkan mobilitas, sangat mungkin dulunya dua tempat berbeda terhubung dalam satu daratan.
3. Jenis Batuan yang sama
Ada beberapa jenis batuan yang sama ditemukan di dua lokasi berbeda.
Baca Juga: Perbedaan Penyebab dan Efek Gempa Tektonik dan Gempa Vulkanik yang Terjadi di Indonesia
Dilansir dari laman gramedia.com, batuan di jalur pegunungan Applachian di bagian timur Amerika Utara.
Sebaran pegunungannya menyebar ke timur laut dan menghilang di kawasan Newfoundlands.
Uniknya pegunungan dengan jenis batuan yang serupa ditemukan lagi di Scandinavia, Benua Eropa.
4. Bukti Adanya Iklim Purba
Iklim di masa purba dulunya jadi bukti ilmiah yang terus dipelajari dan digali oleh ahli geologi dan kebumian.
Hal itu bertujuan untuk membuktikan teori pengapungan benua.
Sekitar 250 juta tahun lalu, Bumi bagian selatan mengalami iklim dingin yang meliputi kawasan Antarktika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, juga India.
Proses glasiasi ini terjadi secara berkelanjutan di beberapa daerah sehingga para ahli percaya kalau daratan yang mengalami glasiasi berasal dari satu benua super besar yang sama.
Benua-benua itu lalu saling terpisah dan mengapung jadi beberapa benua yang kita kenal saat ini.
5. Medan Magnet Benua
Para ahli menentukan medan magnet purba dengan cara menganalisis batuan yang kaya kandungan mineral besi atau fosil kompas.
Baca Juga: 4 Hal yang Akan Terjadi Jika Medan Magnet Bumi Menghilang, Satwa dan Teknologi Punah?
Fosil kompas punya peran jadi penunjuk arah kemagnetan.
Batuan yang sudah terbentuk akan merekam arah kutub magnet ketika proses pembentukannya.
Dari situ ahli bisa mengetahui kesamaan arah kutub magnet dan lokasi pembentukannya.
Itu lah tadi beberapa bukti-bukti tentang keberadaan Pangea atau super benua yang pernah ada di masa silam sebelum kini benua-benua di dunia terpisah jaraknya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | gramedia.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar