Diaspora Indonesia di Australia
Tak hanya diaspora Indonesia di Mesir yang menyambut bahagia kabar proklamasi kemerdekaan, begitu pun diaspora Indonesia di Australia.
Orang-orang Indonesia yang berada di Australia turut senang hati ketika mendengar kabar itu lewat siaran radio pada 18 Agustus 1945, Kids.
Tanpa ragu, mereka menyatakan dukungannya atas proklamasi kemerdekaan Indonesia ini.
Banyak juga orang Indonesia yang bekerja sebagai pelaut juga buruh pelabuhan di Australia yang mogok bekerja saat itu.
Mereka menolak bertugas di kapal-kapal milik Belanda dan akan berangkat ke Indonesia karena enggak mau dijajah lagi oleh Belanda seperti dulu.
Gerakan pemogokan ini juga diikuti oleh buruh-buruh Australia yang bersimpati dengan kemerdekaan Indonesia, lo.
Seperti yang digambarkan dalam Film berjudul Indonesia Calling (1946) yang dibuat oleh Joris Ivens, ada sekitar 1400 warga Indonesia yang meninggalkan Australia menumpang Esperance Bay kembali ke Pulau Jawa.
Mereka berlayar dengan jaminan pemerintah bahwa mereka enggak akan mendarat di pelabuhan yang dikuasai oleh Belanda.
Bahkan untuk memastikan jaminan itu betul terlaksana, seorang tokoh pejabat Australia pergi bersama mereka.
EV Elliot sebagai perwakilan dari gabungan Perserikatan Buruh Australia bicara pada para warga Indonesia sebelum kapal berangkat berlayar.
Baca Juga: Upaya Penyebaran Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sejarah XI SMA
Beliau atas nama pergerakan perserikatan buruh Australia memberikan bendera merah putih untuk dibawa ke republik yang baru.
Bendera merah putih itu jadi simbol dukungan dari para pekerja Australia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pertanyaan: |
Seperti apa reaksi bangsa Mesir atas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar