GridKids.id - Di artikel Belajar dari Rumah (BDR) Sejarah XI SMA kali ini kamu akan membahas situasi Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.
Kita sebagai generasi penerus bangsa hingga kini masih bisa merasakan dampak dari proklamasi kemerdekaan.
Peristiwa bersejarah itu meski telah terjadi untuk waktu yang sangat lama, menyatakan dengan tegas bahwa Indonesia adalah bangsa merdeka yang enggak akan tunduk pada kekuatan asing.
Kini kita telah dengan bebas merasakan dan mengilhami kemerdekaan dan lepas dari penjajahan.
Inilah yang membuat kita harus bersyukur atas kemerdekaan yang diperjuangkan dengan susah payah oleh para tokoh pendahulu kita.
Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 berhasil disebarkan beritanya oleh F. Wuz lewat stasiun radio Domei.
Pihak Jepang yang mengetahui hal ini memerintahkan untuk menghentikan penyebaran berita ini.
Meski begitu, berita proklamasi berhasil sampai di beberapa daerah dan diteruskan ke masyarakat karena Waidan B Palenewen memerintahkan F. Wuz untuk terus menyiarkan berita itu tiap setengah jam sekali sampai pukul 4 sore.
Waidan B. Palenewen adalah Kepala Bagian Kantor Berita Domei yang berupaya untuk menghindari sensor dari tentara Jepang.
Untuk itulah berita proklamasi bahkan disampaikan dengan beberapa bahasa daerah, seperti di Radio Surabaya yang menggunakan Bahasa Madura yang enggak diketahui oleh orang Jepang.
Pemuda Jakarta yang terlibat langsung di peristiwa mendekati proklamasi kemerdekaan juga berhasil mencetak naskah proklamasi untuk disebarkan ke masyarakat luas.
Baca Juga: Proses Penyusunan Rumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan, Sejarah XI SMA
Beberapa pemuda itu ditugaskan menajdi kurir untuk mengantar naskah dan menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia itu ke berbagai daerah.
Berita proklamasi juga disebarkan lewat surat kabar yang beredar dan terbit pada masa itu, Kids.
Nah, selanjutnya kamu akan diajak melihat seperti apa penyebaran berita proklamasi kemerdekaan yang dilakukan di Pulau Jawa. Seperti apa, ya?
Berita Proklamasi Kemerdekaan di Jawa
Tersebarnya berita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa punya berbagai cara, misalnya lewat telegram, siaran radio, selebaran, surat kabar, kurir, hingga dari mulut ke mulut.
Penyebaran berita yang paling cepat dilakukan lewat telegram dari kantor berita Domei di Jakarta ke berbagai cabang seperti di Bandung dan Yogyakarta yang diterima pada jam 12 siang.
Penyebaran berita proklamasi yang berlangsung secara cepat lewat radio ini juga diterima di berbagai daerah di Jawa lainnya seperti di Cirebon, Surakarta, Semarang, Madiun, Surabaya, Malang, dan sebagainya.
Berita yang diterima dari Jakarta itu selanjutnya disiarkan lewat radio di wilayah masing-masing atau dari mulut ke mulut.
Para pemuda yang ikut terlibat suka mendengarkan peristiwa proklamasi kemerdekaan di Jakarta turut menyebarkan berita ke berbagai wilayah lainnya.
Beberapa tokoh itu seperi misalnya Yakub Gani yang pergi ke Bekasi, atau Datuk Jamin dan Sumanang yang menjadi utusan Asrama Menteng 31 ke Tangerang.
Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan juga menggunakan media kegiatan keagamaan, seperti selepas shalat berjamaah di Bekasi.
Baca Juga: Kerjasama PETA dan Golongan Muda di Bulan Proklamasi, Sejarah XI SMA
Selain itu, ada juga penyampaian berita proklamasi kemerdekaan lewat Khutbah Jumat di 17 Agustus 1945 yang terjadi di Masjid Besar Alun-Alun Utara dan Masjid Pakualaman di Yogyakarta.
Berita bahagia ini makin tersebar luas karena peran Ki Hajar Dewantara dan guru-guru Taman Siswa yang melakukan pawai sepeda.
Dalam pawai sepeda itu disampaikanlah kabar ke masyarakat luas bahwa Indonesia kini sudah merdeka dari penjajahan.
Pertanyaan: |
Lewat media apa saja kabar kemerdekaan Indonesia disampaikan di Pulau Jawa? |
Petunjuk, cek lagi halaman 2. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar