Kids, sebelum menjajah dan memonopoli Hindia Belanda untuk waktu yang lama, awalnya Belanda datang untuk mencari rempah-rempah yang jadi komoditi berharga di pasar dunia kala itu.
Dari motif ekonomi, Belanda mulai mengembangkan keinginan untuk mendirikan negara koloni.
Saat itu gelombang perlawanan penduduk lokal terus bermunculan dan terus terjadi selama Belanda berupaya menguasai Indonesia.
Sebelum abad-20, gagasan tentang negara kesatuan belum familiar, hal ini jugalah yang membuat perlawanan rakyat enggak bisa dilakukan serempak dan lebih bersifat kedaerahan.
Meski punya misi dan pemikiran yang sama tentang penjajahan, kekuatan dan pergerakannya belum bisa serempak dan saling dukung secara kompak satu sama lain.
Hal ini jugalah yang dimanfaatkan Belanda untuk menerapkan politik adu domba atau divide et impera yang mencerai beraikan beberapa kekuatan terpisah ini.
Perjuangan rakyat akan dipimpin oleh penguasa atau tokoh lokal yang berkharisma, biasanya tokoh atau pemimpin ini adalah sosok yang bisa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah dari daerah mereka.
Namun, kembali lagi kepada konsep persatuan dan kesatuan yang masih asing ini, banyak perlawanan rakyat ke pihak kolonial yang berhasil diredam.
Dari segi persenjataan pun, rakyat tentu kalah jauh karena masih menggunakan senjata yang seadanya sedangkan di sisi lain pihak kolonial punya bekal senjata yang bisa melumpuhkan perlawanan dengan mudah.
Selama beberapa waktu pihak kolonial membentuk negara koloni, mengambil banyak dari negeri kita, namun menciptakan jurang besar yang mewariskan rasa inferior kepada kita sebagai negara terjajah.
Pertanyaan: |
Kenapa perjuangan rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah sering menemui kegagalan? |
Petunjuk, cek lagi halaman 2. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar