Awal Mula Penghitungan Jarak Bumi ke Bulan
Dilansir dari laman meteorologiaenred.com, penghitungan jarak antara planet dan satelit sudah dilakukan sejak 150 SM.
Tokoh yang melakukannya untuk pertama kali adalah seorang astronom dari Yunani bernama Hipparchus.
Hipparchus mencoba memperhatikan lengkungan bayangan yang dihasilkan dari planet kita ke Bulan ketika terjadi peristiwa gerhana Bulan.
Meski kala itu teknologi belum mendukung untuk memperoleh perhitungan yang tepat, Hipparchus berhasil memperoleh perkiraan jarak yang mendekati jarak yang kita ketahui hari ini, yaitu 348.000 km jauhnya.
Kini jarak Bumi ke Bulan sudah bisa ditentukan dengan lebih tepat dengan memanfaatkan pengamatan dari stasiun LIDAR dari Bumi sampai ke reflektor di Bulan.
Tahukah kamu bahwa kedudukan Bulan dan Jaraknya ke Bumi terbagi jadi beberapa fase, di antaranya:
- Konjugasi: posisi Bulan searah dengan matahari, menyebabkan bagian Bulan yang menghadap Bumi gelap dan enggak terlihat.
Pada fase ini terjadi gerhana matahari karena pancaran cahaya Matahari yang menuju ke Bumi terhalang oleh keberadaan Bulan.
- Oposisi: posisi Bulan berlawanan arah dengan Matahari ketika dilihat dari Bumi sehingga kala itu Bulan terlihat sebagai Bulan Purnama menggantikan terbenamnya Matahari di sore hari.
- Kuarter: posisi Bulan tegak lurus terhadap garis penghubung Bumi dan Matahari.
Baca Juga: Terlihat Berbeda-Beda di Setiap Waktu, Apakah Warna Asli Bulan?
Di fase ini Bulan menunjukkan fase perbani (setengah saja yang terang).
Dalam sebulan terjadi dua kali peristiwa kuarter, di paruh pertama Bulan terlihat lebih besar sedangkan di paruh kedua Bulannya tampak kecil.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Infoastronomy.org |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar