Meski jarak sebesar 3,8 cm per tahun bukan sebuah jarak yang terlalu signifikan, namun jika dihitung selama miliaran tahun, pastilah ada jarak yang nyata dan jelas.
Efek yang paling mungkin terjadi jika hal ini terus terjadi ke depan adalah perubahan iklim di Bumi juga perubahan pasang surut air laut yang makin jelas.
Jika Bulan menjauh dari Bumi, gaya yang menarik air laut jadi berkurang dan pasang surut air laut juga makin kentara perbedaannya.
Tentu air laut akan tetap bergerak seperti biasa, tapi pergerakannya akan jauh lebih minim dan melemah.
Di saat yang sama, iklim di Bumi juga berubah karena mulai ada perubahan kemiringan poros Bumi.
Saat ini Bumi berada di kemiringan 23,5 derajat karena Bulan berperan mengunci posisi kemiringan Bumi ini.
Jika Bulan terus menjauh, Bumi akan kehilangan stabilitasnya dan berdampak juga ke porosnya yang berubah.
Hal ini bisa memengaruhi perubahan musim di Bumi yang berkaitan erat dengan kelangsungan makhluk hidup di dalamnya.
Perubahan kemiringan Bumi dan bentuk orbit Bumi yang berubah sedikit saja dijelaskan dalam teori bernama siklus Milankovitch.
Teori ini dikemukakan pada 1972 oleh ahli geologis Australia bernama A.F. Trendall .
Baca Juga: 4 Alasan Eksplorasi Bulan Lebih Masuk Akal Ketimbang Pergi ke Mars
Teori ini dipercaya terjadi setiap 400.000, 100.000, 41.000, dan 21.000 tahun sekali.
Perubahan iklim yang paling ekstrem bisa menyebabkan iklim di Bumi jadi sangat dingin atau sangat panas.
Hal ini tentunya bisa mengancam kelangsungan kehidupan di planet Bumi di masa depan.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar