GridKids.id - Kids, apakah kamu pernah mendengar fenomena istilah kulminasi Matahari?
Melansir dari kompas.com, fenomena kulminasi Matahari ini akan berlangsung dalam 44 hari mulai 20 Februari-5 April 2023 dan 8 September-22 Oktober 2023.
Kulminasi Matahari merupakan salah satu fenomena langka yang terjadi di Indonesia, lo.
Menurut KBBI, kulminasi adalah titik tertinggi yang dicapai suatu benda langit dalam peredaran mengelilingi Bumi.
Sementara menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kulminasi ialah peristiwa saat Matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa atau titik zenit.
Fenomena ini juga disebut dengan istiwa atau transit ya, Kids.
Diketahui fenomena kulminasi Matahari menyebabkan suhu udara yang lebih panas dibanding biasanya.
Fenomena kulminasi Matahari bisa terjadi dua kali dalam setahun di daerah tropis, seperti Indonesia.
Tahukah kamu? Kulminasi Matahari bisa menyebabkan fenomena bayangan menghilang dari Bumi, lo.
Dilansir dari kompas.com, Matahari akan berada tepat di atas kepala pengamat pada titik zenit atau titik yang berada persis di atas pengamat.
Ketika terjadi fenomena ini maka bayangan kita enggak terlihat di siang hari.
Yuk, kita cari tahu sama-sama apa saja dampak fenomena kulminasi Matahari bagi bumi, Kids!
Dampak Fenomena Kulminasi Matahari bagi Bumi
Bersumber dari kompas.com, menurut penjelasan Andi Pangerang, LAPAN menyatakan bahwa fenomena enggak memberikan dampak khusus bagi iklim Bumi.
Selain menyebabkan bayangan menghilang di siang hari, berikut ini dampak fenomena kulminasi Matahari, antara lain:
1. Meningkatkan Suhu Udara
Fenomena kulminasi Matahari bisa meningkatkan suhu udara. Inilah yang menimbulkan hotspot atau titik api.
Bahkan diketahui meningkatkan suhu permukaan dan udara ternyata bisa menyebabkan potensi kebakaran hutan.
Nah, kebakaran hutan bisa berpotensi terjadi di area lahan gambut di Kalimantan Barat.
2. Gangguan Terhadap Sinyal Satelit atau Sun Outage
Posisi kuminasi Matahari ternyata bisa menimbulkan Bumi terkena sinar Matahari lebih banyak dan intens, lo.
Baca Juga: Dimulai 7 September di Indonesia, Begini Cara Mengamati Fenomena Hari Tanpa Bayangan
Akibatnya menyebabkan gangguan terhadap sinyal satelit atau sun outage saat mengirimkan atau menerima data akibat gelombang sinar Matahari.
Melansir dari kompas.com, fenomena sun outage terjadi saat Matahari berada di arah yang sama dengan kedatangan sinyal setelit komunikasi yang mengitari Bumi di ketinggian 36.000 kilometer.
Diketahui antena di wilayah Indonesia sulit menerima sinyal dengan normal akibat dampak fenomena ini.
Nah, sekarang sudah tahu ya, Kids, apa yang dimaksud dengan fenomena kulminasi Matahari dan dampaknya bagi bumi.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar