Ikan-ikan ini enggak hanya harus mempertahankan daya apung, mereka juga harus menambah daya apung untuk mengimbangi kecenderungan tenggelam alami mereka.
Untuk mengatasi itu, ikan bertulang rawan pun beradaptasi dengan memiliki hati yang besar.
Organ terbesar dalam tubuh hiu adalah hati, yang menempati hingga 90 persen rongga tubuh hiu dan sekitar 25 persen dari beratnya.
Hati yang membesar ini diadaptasi untuk menampung minyak dalam jumlah besar.
Minyak ini terutama terdiri dari sejenis kolesterol yang disebut squalene.
Lipid menumpuk di hepatosit (sel hati) dan membentuk sekitar 80% dari volume sitoplasma mereka.
Squalene kurang padat dibandingkan air laut di sekitarnya dan membantu hiu mengapung.
Ikan bertulang rawan juga memiliki cara lain untuk mengatasi kekurangan mereka yang enggak memiliki kantong renang.
Udara adalah zat yang dapat dimampatkan, dan udara di kantong renang tak terkecuali.
Bergantung pada tekanan eksternal, itu dapat dikompresi atau didekompresi.
Ini membatasi ikan bertulang menuju ke zona air tertentu, asalkan memiliki tekanan konstan.
Baca Juga: Kenapa Tubuh Ikan Paus Bisa Berukuran Besar? #AkuBacaAkuTahu
Kalau mereka menyelam atau naik terlalu cepat, perubahab tekanan akan menyebabkan kantong renang pecah.
Namun, enggak adanya kantong renang memungkinkan ikan bertulang rawan untuk bermanuver dengan cepat melalui kedalaman lautan tanpa ancaman ledakan.
Mereka memanfaatkan dari dorongan daya apung lainnya yakni kerangka tulang rawan.
Tulang rawan memiliki berat kurang dari tulang.
Struktur kerangka ikan bertulang rawan yang ringan ini yang kemudian membantu mereka untuk tetap mengapung.
(Penulis: Monika Novena)
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar