Jika kucing-kucing rumahan dibiarkan mengikuti nalurinya, bisa jadi menyebabkan satwa atau keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar kita jadi berkurang.
Efeknya bisa berdampak pada keseimbangan ekosistem karena populasi hewan kecil asli menurun.
Banyak yang mengira kucing hanya memburu tikus, padahal kucing juga tertarik dan merasa lebih tertantang untuk memburu spesies kecil seperti kupu-kupu, kelinci, hingga tupai.
Namun, kucing tetap enggak bisa langsung memberi pengaruh signifikan pada populasi tikus.
Meski, tetap ada kekhawatiran bahwa naluri kucing rumahan yang diberi kesempatan mengeksplor bisa mengganggu populasi hewan asli yang ditemukan di suatu wilayah.
Kucing rumahan yang terjaga di dalam rumah bisa mengurangi risiko penularan penyakit dari interaksinya dengan lingkungan di luar rumah.
Kucing yang aktif bermain ke luar rumah bisa membawa penyakit dan menularkannya pada manusia yang memelihara dan berinteraksi dekat dengannya.
Kucing rumahan yang sering keluar rumah bisa berisiko terinfeksi penyakit seperti infeksi jamur dan ektoparasit.
Nah, inilah kenapa pemilik kucing punya tanggung jawab utama untuk mengurangi risiko penyakit karena interaksi kucing dengan dunia luar.
Sama halnya dengan kucing rumahan, kucing liar juga punya risiko yang sama terkait penularan penyakit sehingga menyebabkan penurunan satwa liar yang asli.
Kucing liar juga enggak diperbolehkan berkeliaran bebas karena ada risiko bersilangan dengan satwa liar yang punya mangsa atau cara bertahan hidup yang berbeda.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar