GridKids.id - Hai, Kids, hari ini kita sudah memasuki hari kedua di tahun yang baru, bagaimana nih dengan perayaan tahun barunya?
Tahun baru 2023 diwarnai dengan berbagai perayaan hingga kondisi cuaca yang enggak menentu karena sudah mulai masuk ke musim penghujan di Indonesia.
Beberapa ornamen perayaan tahun baru masih selalu jadi andalan dan bahkan tradisi yang sulit dilepaskan, misalnya kembang api hingga terompet.
Nah, kali ini gridKids akan mengajakmu melihat awal mula kebudayaan meniup terompet menyambut momentum pergantian tahun.
Tradisi meniup terompet pada momentum menanti detik-detik tahun baru berasal dari tradisi tahun baru orang Yahudi.
Perayaan tahun baru bangsa Yahudi atau Tisyri jatuh di bulan 7 dalam kalender Yahudi atau kalender Julian.
Barulah ketika bangsa Romawi Kuno mengambil alih kekuasaan pada 63 M, sistem kalender Julian dirubah menjadi kalender Gregorian yang digunakan sampai saat ini.
Budaya meniup terompet oleh orang Yahudi lalu diadopsi oleh bangsa Romawi Kuno hingga saat ini, dari yang mula-mula berkaitan dengan perayaan tahun baru Rosh Hashanah, terompet digunakan untuk mengumpulkan umat agar beribadat.
Terompet tahun baru orang Yahudi disebut dengan shofar yang terbuat dari tanduk dari seekor Kudu Besar, mamalia yang punya kuku belah seperti kambing, kerbau, atau rusa.
Shofar ini adalah salah satu jenis terompet tertua yang pernah ada dan tercatat sudah ada sejak 1500 SM.
Baca Juga: 7 Tradisi Tahun Baru di Jerman, Salah Satunya Ramalan Gummy Bear
Sejarah Kemunculan Terompet
Source | : | Kompas.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar