GridKids.id - Kids, apakah ada di antara kamu yang mengabadikan fenomena gerhana bulan kemarin (08/11/2022)?
Pada Selasa (08/11/2022) kemarin terjadi gerhana bulan total (GBT) atau gerhana penuh maksimum, yaitu ketika jarak Bulan dari Bumi sejauh 387.865 km dengan waktu tempuh atau durasi umbral selama 3 jam, 39 menit, 50 detik.
Gerhana Bulan Total berdurasi selama 1 jam, 24 menit, 58 detik dan bisa disaksikan pada sekitar pukul 18.00 WIB/19.00 WITA/ 20.00 WIT.
Lalu, benarkah fenomena alam yang satu ini bisa berdampak pada kesehatan mental atau suasana hati seseorang?
Ternyata anggapan ini berkaitan dengan kepercayaan kuno tentang keberadaan bulan yang selalu dikaitkan dengan penyakit dan kondisi kesehatan manusia.
Melansir dari gooddoctor.co.id, sejak abad ke-16, Royal Museums Greenwich sudah mencatat bahwa posisi Bulan dianggap penting dalam dunia pengobatan kala itu.
Posisi bulan digunakan para dokter untuk memperhitungkan kondisi tubuh pasien yang mereka tangani.
Ketika Bulan Purnama terjadi disebut bisa meningkatkan kemungkinan demam, sehingga mulai diproduksilah berbagai pengobatan herbal untuk mengatasi kondisi ini.
Kepercayaan yang lebih tua lagi tentang kaitan Bulan dan kesehatan manusia tak hanya terbatas pada kesehatan fisik tapi juga kesehatan mental manusia.
Teori John J. Johnston, seorang sejarawan egiptologi dari London, Inggris, menjabarkan kepercayaan Aristoteles tentang kandungan air yang tinggi dalam otak manusia bisa memengaruhi kondisinya ketika fase Bulan terjadi.
Kepercayaan inilah yang mendorong teori tentang Bulan Purnama yang bisa memicu kejang hingga gangguan kondisi kesehatan mental pada manusia.
Baca Juga: Apa Dampak Gerhana Bulan Total bagi Kehidupan Manusia? #AkuBacaAkuTahu
Benarkah Gerhana Bulan Berdampak Pada Kesehatan Mental?
Kini sudah banyak ahli yang melakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran dari anggapan yang menyebar luas di masyarakat sejak lama ini.
Sebuah penelitian ilmiah dimuat dalam jurnal kesehatan National Center for Biotechnology Information (NCBI), yang bertujuan mencari relasi antara posisi fase bulan terhadap frekuensi gangguan kejiwaan tertentu.
Fase bulan yang dimaksud spesifiknya adalah Bulan purnama (full moon), Bulan baru (new moon), dan Bulan lain (other moon).
Penelitian ilmiah ini menghasilkan diagnosis yang cukup menarik yang menunjukkan adanya tren signifikan pada pasien gangguan jiwa yang enggak berkaitan dengan perasaan.
Namun, ternyata pola ini enggak ditemukan pada pasien gangguan jiwa mania atau depresi.
Pernyataan ini didukung juga oleh Nick Davis, Dosen Senior Psikologi dari Manchester Metropolitan University.
Nick Davis menyatakan bahwa besar kemungkinan orang yang pernah mendengar informasi tentang pengaruh gerhana bulan pada suasana hati akan memiliki ekspektasi bahwa hal itu akan terjadi pada dirinya.
Kondisi psikis ini bisa disebabkan oleh terjadinya efek plasebo psikologis pada diri orang-orang yang merasakan perubahan suasana hati ketika gerhana bulan terjadi.
Jika gerhana bulan enggak bisa secara ilmiah terbukti bisa memengaruhi suasana hati manusia, sebuah percobaan ilmiah membuktikan bahwa orang akan lebih susah tidur ketika terjadi gerhana bulan.
Sebuah studi ilmiah pada 2013 melibat 33 sukarelawan yang membuktikan bahwa perlu rata-rata waktu lebih lama untuk bisa terlelap dan bahkan cukup sulit tidur dengan nyenyak di malam terjadinya gerhana.
Baca Juga: Jenis-Jenis Gerhana Bulan: Penumbra, Total, Sebagian dan Proses Terjadinya
Asumsi yang banyak dikaitkan dengan fenomena ilmiah adalah peningkatan cahaya bulan ketika Bulan purnama bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang enggak bisa tidur nyenyak seperti biasa.
Namun, studi ilmiah ini dilakukan di laboratorium tidur yang jumlah cahayanya diatur sedemikian rupa dan ketat untuk menghasilkan diagnosis yang presisi.
Publikasi hasil penelitian ini ternyata enggak bisa dibuktikan pada dua percobaan setelahnya.
Sehingga kini masih diperlukan studi lebih lanjut untukmenjawab pertanyaan besar tentang terjadinya gerhana Bulan dengan kesehatan mental manusia di Bumi.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,Good Doctor |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar