GridKids.id - Kids, simak tari Gending Sriwijaya, yang menjadi tarian untuk penyambut tamu, yuk!
Mengenal tari Gending Sriwijaya, salah satu tarian khas Palembang, Sumatera Selatan.
Palembang yang dikenal sebagai kota pempek ini ternyata punya tarian khas yang dulunya dipergunakan untuk menyambut tamu para raja, lo, Kids.
Tari Gending Sriwijaya adalah sebuah tarian kolosal peninggalan kerajaan besar Sriwijaya.
Tarian ini dulunya merupakan tarian yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan sebagai tarian penyambut tamu di istana.
Namun, saat ini tari Gending Sriwijaya sudah dipentaskan dalam berbagai acara.
Yap, seperti dipentaskan saat hajatan rakyat seperti acara pernikahan hingga perhelatan budaya daerah.
Tarian ini umumnya ditarikan oleh sembilan orang penari perempuan yang merepresentasikan sembilan sungai di Sumatera Selatan.
Seluruh penari yang berjumlah sembilan orang lalu dikawal oleh dua orang laki-laki yang membawa payung dan tombak.
Seorang penari Gending Sriwijaya akan membawa wadah berisi sekapur sirih yang akan diberikan pada tamu sebagai bentuk penghormatan.
Musik pengiring tarian gending Sriwijaya adalah perpaduan alat musik gamelan yang dilengkapi dengan vokal yang gembira dan penuh ucapan syukur.
Baca Juga: Tari Kancet Papatai, Tari Perang dari Suku Dayak Kalimantan Timur
Meski, kini tari gending Sriwijaya enggak selalu diiringi dengan musik gending langsung,.
Hal ini karena beberapa pentas juga menggunakan rekaman musik jadi.
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya secara harfiah diartikan sebagai Irama Kerajaan Sriwijaya.
Tarian ini bermakna kegembiraan gadis-gadis Palembang dalam menyambut kunjungan tamu kerajaan yang diagungkan.
Ungkapan bahagia itu ditunjukkan dengan tepak berisi kapur, sirih, pinang, yang diberikan kepada para tamu kehormatan kerajaan.
Menurut kemdikbud.go.id, tarian ini pertama kali muncul karena adanya permintaan dari pemerintah pendudukan Jepang.
Ketika itu ada di Karesidenan Palembang untuk menciptakan lagu dan tarian untuk menyambut tamu yang melakukan kunjungan resmi ke Palembang.
Permintaan yang sudah digagas sejak akhir 1942 hingga 1943 itu sempat tertunda karena konflik politik antara pemerintah Jepang dengan pihak Indonesia.
Tari Gending Sriwijaya resmi ditampilkan pada 2 Agustus 1945 lengkap dengan musik pengiringnya untuk menyambut pejabat-pejabat dari Bukittinggi, yaitu Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Negoro.
Ketika itu sembilan penari perempuan mengenakan pakaian adat Palembang yaitu Aesan Gede, Selendang Mantri, Paksangkong, Dodot, dan Tanggai (Kuku).
Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Tari Daerah yang Berfungsi Sebagai Sarana Hiburan dan Contohnya
Pada masa kemerdekaan Indonesia, tari Gending Sriwijaya dipergunakan sebagai tarian untuk menyambut tamu resmi pemerintah yang berkunjung ke Sumatera Selatan.
Tari Gending Sriwijaya dianggap sebagai gambaran nenek moyang nusantara sebagai bangsa yang besar.
Bangsa yang besar akan selalu menghargai dan menghormati persaudaraan antar sesamanya dan bersikap ramah dan tulus sebagai tuan rumah.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar