"Bocah itu terinfeksi langsung oleh burung dan strain itu tidak ditemukan memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia secara efektif," kata NHC, dilansir dari Kantor Berita AFP.
NHC menambahkan kalau tes dari kontak dekat manusia dengan anak itu enggak menemukan "tidak ada kelainan".
NHC menyebut kasus bocah itu adalah transmisi lintas spesies satu kali, dan risiko penularan skala besar rendah.
Meski begitu, Otoritas Tiongkok memperingatkan masyarakat untuk tetap menjauh dari unggas yang mati atau sakit.
Selain itu, disarankan untuk mencari pengobatan segera kalau ada gejala demam atau pernapasan.
Jarang Terjadi
Kasus flu burung selama ini terjadi terutama pada burung liar dan unggas. Kasus penularan antarmanusia sangat jarang terjadi.
Jenis flu burung H5N1 dan H7N9, masing-masing terdeteksi pada tahun 1997 dan 2013, bertanggung jawab atas sebagian besar kasus penyakit manusia akibat flu burung, menurut Pusat Pengendalian Penyakit AS.
Baca Juga: Berbagai Negara Laporkan Penurunan Kasus, Akankah Pandemi COVID-19 Segera Berubah Jadi Endemi?
"Infeksi manusia dari zoonosis atau influenza yang ditularkan melalui hewan, terutama diperoleh melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi, tetapi tidak menghasilkan transmisi yang efisien dari virus ini di antara manusia," lapor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada 2012, H3N8 disalahkan atas kematian lebih dari 160 anjing laut di lepas pantai timur laut Amerika Serikat setelah menyebabkan pneumonia mematikan pada hewan.
(Penulis: Irawan Sapto Adhi)
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar